Saat kau datang membawa pendar cahaya itu
Kutangkap dengan nafas yang berkejar-kejar diantara waktu
Mebalut tiap senti dari tubuh lalu merasuk ke hati hingga berubah warnyanya menjadi tak lagi kelabu
Kujalin pelan-pelan tiap benang cahaya yang kau beri
Agar suatu hari dapat kuguna mencipta jalan lurus yang selalu terdengung dalam tegak setelah takbir
Kadang kulepas kembali saat datang angin kencang yang menghujam
Namun kucoba kembali anyam saat kembali terbit mentari
Tapi ternyata tetap tak dapat kulupa taman syurga yang kau hampar tiap sore di sudut itu
Tak juga tentang perjalanan panjang yang kau tempuh untuk sebuah perjumpaan yang mungkin lebih singkat dari langkahmu menuju
Juga saat kau meyakinkanku betapa dekatnya Allah, kau kenalkanku pada Baginda Rasulullah, dan buatku terharu sebab dilahirkan dari rahim seorang muslimah
Kutangkap dengan nafas yang berkejar-kejar diantara waktu
Mebalut tiap senti dari tubuh lalu merasuk ke hati hingga berubah warnyanya menjadi tak lagi kelabu
Kujalin pelan-pelan tiap benang cahaya yang kau beri
Agar suatu hari dapat kuguna mencipta jalan lurus yang selalu terdengung dalam tegak setelah takbir
Kadang kulepas kembali saat datang angin kencang yang menghujam
Namun kucoba kembali anyam saat kembali terbit mentari
Tapi ternyata tetap tak dapat kulupa taman syurga yang kau hampar tiap sore di sudut itu
Tak juga tentang perjalanan panjang yang kau tempuh untuk sebuah perjumpaan yang mungkin lebih singkat dari langkahmu menuju
Juga saat kau meyakinkanku betapa dekatnya Allah, kau kenalkanku pada Baginda Rasulullah, dan buatku terharu sebab dilahirkan dari rahim seorang muslimah
Tak akan bisa kulupa meski apapun yang terjadi padamu
Tak akan bisa kulupa meski apapun yang kau kenakan dulu kini tak di situ
Tapi, kak…
Mata itu tetaplah mata yang sama
Mata yang seolah berkata;
Betapa mahalnya harga hidayah Allah…
“ada sesak yang menyeruak, Kak.
Tapi masa lalu tak akan pernah berubah khan?
Ini aku, unta merahmu..”
(Makassar, 1 September 2009)
Tak akan bisa kulupa meski apapun yang kau kenakan dulu kini tak di situ
Tapi, kak…
Mata itu tetaplah mata yang sama
Mata yang seolah berkata;
Betapa mahalnya harga hidayah Allah…
“ada sesak yang menyeruak, Kak.
Tapi masa lalu tak akan pernah berubah khan?
Ini aku, unta merahmu..”
(Makassar, 1 September 2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Syukran atas komentarnya...