Sabtu, 29 Desember 2012

Pada Sejatinya Cinta


dalam hening dan kelam malam
kuharap telah tuntas segala kenang
dan kita dapat jujur pada masing-masing jiwa
bahwa ini bukan hanya tentang sebuah hari yang demikian cerah dan indah
namun adalah awal dari sebuah perjalanan yang sama sekali berbeda; pada sejatinya cinta

maka semoga jawab pada tanya itu
telah rampung kita kumpulkan
telah benar kita maknakan
layaknya mentari yang mencinta bumi
namun tetap merentang jarak
agar tidak saling menghanguskan
atau kupu-kupu yang membersamai kuntum bunga
untuk sebuah benih baru yang akan menumbuh selanjutnya

lalu langkah itu menjadi sedemikian dekatnya
dan kata-kata seolah berguguran tanpa makna
kecuali kita yang mengartikannya
cerita yang lalu
juga mundur tanpa lagi teringat
kecuali kita yang mengenangnya

maka saat akad itu tuntas tertunaikan
mungkin memang inilah saatnya, engkaulah orangnya,
yang menjadi jawab atas doaku di masa silam
pada setiap sujud-sujud yang terdalam
pada sejatinya cinta

|menandai hari bahagia Kak Maryam, Pimpinan Umum Majalah Al Firdaus, kanda tersayang di jalan dakwah bil qalam
|barakallahu laka wa baraka alaika wa jama'a bainakuma fii khair :D

kak, kita masih akan terus berjuang bersama, khan? :)

Makassar, 29 Desember 2012

Kamis, 27 Desember 2012

Pada Seluasnya Laut

subuh
hening
saat kubersamai kembali kenang masa lampau
pada pesan singkat yang katamu tak kau duga
juga obrol hangat lewat perantara udara
kau tahu?
salah satunya kuisi dengan air mata

maka semoga kau bersabar
pada rentangan jarak yang kucipta dengan sengaja
sungguh bukan sebab aku tak suka
namun bukankah kini semuanya menjadi lebih menenangkan?

original pic by TheRedGirl on deviantart.com


pada seluasnya laut,
seperti dirimu yang kini dapat kubaca bening jiwanya
pada tunduknya hatimu, kuyakin masih tersisa cahaya di sana

kau tahu?
ada doa-doa yang kupanjatkan pada sujud yang dalam-dalam
seperti yang kau pinta
meski sebenarnya tanpa kau pinta
akan kukirimkan segera ke langit
untukmu agar terus berkebaikan

entahlah
namun denganmu aku tidak membayangkan romansa
dan debar jantung ini pun tidak berarti apa-apa
aku hanya menerka
suatu hari akan kembali menyapamu dalam sebuah kabar bahagia
kuharap kau pun akan melakukan hal yang sama
suatu hari,
mungkin aku yang memulainya, lalu kau kemudian
ataupun sebaliknya, tak jadi soal

pada seluasnya laut
aku memandang namamu
sedikit-sedikit merasai rindu
semoga Allah terus menjaga dalam jauh

Makassar,
28 Desember 2012
sebuah puisi untuk seluasnya laut, baik-baiklah di sana yah! Disini, kurapal doa yang tak perlu kau tahu, bukankah itu buatnya lebih terijabah?

Selasa, 18 Desember 2012

ajari kami, Shahabat

apa yang dipikiran kalian, duhai shahabat
saat membagi dua harta, kebun, bahkan wanita
untuknya yang baru kalian saling berjumpa wajah
dalam peristiwa hijrah yang menyejarah

apa yang kau batinkan, wahai shahabat
saat rela kau menelan penolakan
bahkan ridha kau hadiahkan mahar dan segala persiapan pernikahan
saat ternyata lelaki pengantarmu yang justru diharapkan pinangannya
tapi kau tetap tenang
adakah bagimu justru itulah sejatinya cinta?

mengapa begitu cepat, shahabat yang mulia
kau geserkan perasaan jiwamu
meletakkan Allah dan RasulNya diatas segalanya
dalam satu deret percakapan
lalu dengan itu kau pun tercukupkan

shahabat,
kami disini masih menata jiwa
untuk dapat tetap tersenyum kala hati saling terluka
meski telah jauh kami insyafi
tak ada diantara kami yang sebening malaikat
maka perih itu
memang mungkin sesekali akan singgah

maka shahabat,
ajari kami menyemai ukhuwah dengan iman
agar kelak dikumpulkanNya kami di sana
pada mimbar cahaya yang dicemburui para nabi dan syuhada

Makassar, 19 Desember 2012

untuk Ukhti Eqy Rezkiawaty :')
kita belajar dari Muhajirin dan Anshar
kita belajar dari keikhlasan Salman Alfarisi
kita belajar dari ketulusan cinta Umar bin Khattab
kita belajar bahwa ukhuwah memang adalah buah keimanan, mereka bergandengan, saling memengaruhi, dan saling melengkapkan. 

Minggu, 16 Desember 2012

Alhamdulillah...~~~






walaupun masih sering 'hilang dan muncul', tapi Jeda Sejenak sesekali hadir di web penerbitnya sebagai salah satu buku terlaris versi mereka. Walhamdulillah, semoga ada kemanfaatan yang bisa diambil oleh para pembacanya. Aamiin :D


Jumat, 14 Desember 2012

JedaSejenak for Purezento




tidak ada yang kuinginkan dari untaian kata
selain kemungkinan bahwa mungkin mereka akan mengetuk hatimu
atau menghadirkan kembali kenangan yang dulu

Sabtu, 24 November 2012

...doa

pic by *9dZign on deviantart.com

sejauh apapun jarak antara kita
sejatinya,
ia hanya sedekat untaian doa-doa terbaik
yang kita ucap tanpa harus saling tahu
(bahkan mungkin tanpa saling mengenal?)

tapi pada kenyataannya,
aku bagimu
tetaplah
'dia'

sehingga kutunggu saja
kutunggu
saja

(senja di hari Assyura, 1434 H)

Kamis, 15 November 2012

padamu kulihat cahaya

sebuah puisi untuk seseorang yang manis di Negeri Sakura sana. Membaca e-mailmu yang terakhir, aku disergap rindu. Maka kupeluk kau lewat ini saja. Terasa hangatkah?

padamu kulihat cahaya
; kepada ukhti Nurmayanti Zain

saat kubaca kekatamu dalam sepucuk rindu
maka terbersitlah tanya yang telah kugumam jawabnya
mengapa kita harus berjumpa?

maka akan kita ulang kembali setiap pertemuan yang telah tertakdir
dari saling memandang wajah
hingga berbincang dan menjenguk hati
lalu selalu begitu
padamu, kulihat cahaya

lalu setelah tiap langkah berpeluh, dengan air mata, dengan bercampur peluh
bahkan hingga kau terbang ke tanah yang jauh
bukankah telah selesai kita insyafi
di bumi manapun itu,
maka sujud ini, hidup ini, mati ini,
hanya untukNya saja, ukhti

saat kubaca kekatamu dalam sepucuk rindu
kumaknai lagi tiap pribadi yang memiliki warnanya sendiri
maka kita mencipta pelangi
bahkan setelah panas menyengat berganti langit kelam, lalu hujan turun tanpa ampun
maka kita mencipta pelangi
kulihat itu pada senyummu yang kucoba kenang lagi

kepadamu, wahai Putri Cahaya
taukah betapa aku akan terus percaya
bahkan meski gelap telah berlapis-lapis kelamnya
kau akan terus kemilau, bersinar!
(Makassar, November 13 '12)

Rabu, 19 September 2012

buku yang tidak selesai kubaca


mungkin ada kisah yang tidak ingin kita akhiri
sehingga kita mengejanya pelan-pelan
bahkan hingga terbata
lalu kita tutup lagi lembarannya
maka ia pun kita harap tidak akan pernah menemui akhirnya

padahal kita tahu,
bukanlah kita yang menjadi penentu
dan bahwa esok yang misteri itu
mungkin adalah pesan bahwa masih ada waktu
untuk taubat yang belum terlambat
atau untuk kesabaran yang harus kembali disemaikan

juga mungkin adalah pesan lainnya
bahwa setiap detik yang terasa lebih cepat kini
adalah serupa embun yang menunggu masa
tidak ada yang akan sudi menunggunya

pada buku yang tidak selesai kubaca
kubayangkan wajahmu yang akhirnya dapat kuingat lagi
juga kabarmu yang datang di kala pagi
bahwa waktumu selesai, kau telah pergi

dik, tiba-tiba terselip tanya;
kapan giliran kami?

*didedikasikan untuk adinda Nurfadhillah Azhari, 
berpulang kepada Allah pada 19 September 2012
Allahummaghfirlaha warhamha  wa'fuanha...

sumbergambar: http://addy-ack.deviantart.com/art/Book-251126870?q=boost%3Apopular%20book&qo=4


Jumat, 31 Agustus 2012

Hulwanah



malam telah pekat
tapi tak mengapa,
bintang-bintang tak jua sepi sebab purnama tengah bersinar
seperti ummi, Hulwanah
yang tidak akan pernah meninggalkanmu sendirian

esok,
dedaunan akan menyapa embun
serupa senyuman ummi yang kau temukan
pada kali pertama kau membuka mata
dari tidur lelap yang dijagaNya

ummi-lah itu bidadari,
yang mengenalkanmu pada Rabb kita
Allah yang Maha Penyayang dan Maha Pemurah
Sang Pemilik Hidup dan Penentu Takdir
yang menjaga tiap langkah mungilmu
bahkan meski kadang kau terjatuh
tak mengapa, Hulwanah
sebab itu hanyalah jeda
untuk kembali memulai langkah selanjutnya

perhatikan langit yang cerah itu
teriknya mentari dan awan yang menaungi
terkadang, hujan pun akan turun rerintik
jangan takut, Cantikku
sebab setelahnya akan melengkung pelangi
serupa tangismu yang sesekali
namun akan segera berubah menjadi tawa kembali

berdoalah untuk ummi, Hulwanah
untuk terampunnya segala dosa
untuk kasih kepada kedua orang tua
sebagaimana kini, hanyalah cinta yang datang dari mereka

Hulwanah shalilah, bukankah kita yakin
atas setiap doa itu, akan dikabulNya
sebab atas banyak hal
selalu diberikanNya
bahkan meski tanpa pernah kita pinta



untuk Hulwanah,
ananda dari Kanda Uswah
cepatlah besar, lalu menjadi mujahidah harapan ummat! :'D

Minggu, 19 Agustus 2012

Ied Mubarak!





Maka sepanjang hari ini, kita memilih doa itu: Taqabbalallahu minna wa minkum.

Semoga bukan sekadar formalitas untuk terucap atau tertuliskan

Tapi sepenuh harap, moga Allah menerima segala amalan

Juga agar tiap kebaikan itu, tidak hanya terkungkung oleh batas waktu. Agar semoga, kita dapat meramadhankan hidup, selalu.

Selamat hari raya, saudariku. :)

Minggu, 05 Agustus 2012

Selasa, 31 Juli 2012

Diketuk Cintamu

pada semburat sinar rembulan
yang tempo lalu kita perbincangkan
dititipkannya rindu dan cinta padamu
ahlan, Ramadhan

bagaimana ceritamu tentang lapar dan dahaga?
juga sujud-sujud hening yang memintal doa
mengetuk-ngetuk langit dengan segala harap
dan butir-butir bening yang tertetes di sajadah
merintihkan perih akan takut padaNya
juga diantara lantun kekataNya yang kau rapal di pagi dan petang

lalu diketuk cintamu dengan tertakdirkan
berjumpa padanya, Ramadhan
menjalani siangnya, Ramadhan
melalui malamnya, Ramadhan
dalam segala damai dan tenang
seperti kemarin, saat kau masih saja menyisakan senyum di ingatanku
pada kebahagiaan itu
saat membasahkan dahaga
dan nanti, saat berjumpa denganNya

namun, disana rupanya
diketuk pula cintamu
nun jauh dari Palestina
memanggil-manggil dari Suriah
kemudian sekelompok Rohingya
atau juga yang lainnya; yang terbungkam jeritnya oleh sekat-sekat jarak yang harusnya kini tidak lagi ada artinya

saat diketuk cintamu,
maka masihkah bahkan untuk doa pun
hanya hajatmu saja yang kau sebut?

Rabu, 30 Mei 2012

lingkar cahaya

awalnya
hidup ini terasa gelap saja
atau mungkin kita terperangah
pada cahaya yang semu dan sekejap mengabur meninggalkan
hingga kita kemudian terpana
pada hal-hal kecil yang ternyata telah mendatangkan cinta

senyummu, saudariku
anngguk pengertianmu, adik-adikku
adalah seiris surga bersiram madu, kata seorang guru
yang membuat rasanya degup tak dapat berhenti dari dada ini
demi doa-doa yang mengalun sembari mengingati wajahmu satu per satu
adakah kau pula menyebut namaku?

lalu kita beranjak dari lingkaran
bukan untuk membubarkannya
namun agar meluaskannya
pada setiap langkah kita yang semoga selalu terjaga atas inginNya

kita memandang pagi dan siang
lalu senja dan malam terlalui pula
tiada lain yang kita harapkan, sungguh!
atas setiap nasihat dalam kesabaran
kebenaran
dan kasih sayang itu;

selain agar tercerahkanlah jiwa dengan ketaatan
tersemikanlah cinta, takut, dan harap, hanya padaNya
terluruskanlah setiap gerak tangan, langkah kaki, dan prasangka hati
hentikan segala lirikan mata yang berkhianat
dan katupkanlah ucap agar terhindar dari umbaran aib yang telah tertutup dengan kesantunanNya

kita di sini bertahan
semoga hingga kelak dipanggilNya sebagai jiwa yang tenang

kabulkanlah, ya Rabb...

Rabu, 23 Mei 2012

waktu, berhentilah!

pernahkah rembulan meminta jeda dari sabit menuju purnama?
layaknya langit cerah yang tiba-tiba mengikhlas mendung sebab tanah telah merindukan hujan

saat suatu masa rasanya ingin saja berkata pada waktu;
berhentilah!
sebab esok terlalu banyak tanda tanya

maka aku tidak peduli
siapapun kau
dengan puisi ataupun tidak
berwarna biru ataupun merah mudah

tapi,
inginkah berjanji untuk berjuang bersama? 

Kamis, 26 April 2012

Aku Mencintaimu, Abdullah


Aku ingin mencintaimu, Abdulllah. Tersebab ikut larut dalam getar yang dirasakan Anas bin Malik, saat mengetahui sang Nabi telah berucap, "Kau akan bersama dengan yang kau cinta". Maka Anas sadar, atas setiap ibadah yang tidak akan pernah menyamai para shahabat lain yang mulia, tapi semoga dengan cinta kepada Rasulullah Shallalahu alaihi wa sallam, dan juga pada sederet manusia shalih di jaman beliau, kelak akan menjadi sebab dikumpulkannya diri dengan mereka di akhirat.
Ya, aku mencintaimu Abdullah.
Abdullah ibni Abi Quhaafah namamu. Ash Shiddiq, gelarmu. Abu Bakar Radhiyallahu 'anhu, mewangi teladanmu. :')

Rabu, 18 April 2012

puisi yang disiapkanNya untukmu saja


apa yang sebenarnya kita tahu tentang kehidupan?
juga tentang bahagia dan luka yang bergantian
jika masih saja terlalu sering kita bertanya
'atas takdir ini; mengapa harus aku, Tuhan?'

maka mengapa masih kita tanamkan benih-benih puisi pada rahim katakata?
menyemainya di kala hujan atau senja
lalu memeluknya sebagai kawan perjalanan yang setia
dia ada di sana
kapanpun
saat langit biru ataupun jingga

hingga pada akhirnya kita mengerti
mengapa masih saja memetik puisi-puisi yang telah tumbuh berkuntum-kuntum itu
rupanya,
hanya sekadar untuk mempersiapkan diri
untuk masa dimana bertemu dia
puisi yang disiapkanNya
untukmu saja

(April, 18 2011)

akhirnya bisa menulis puisi lagi :)

Senin, 02 April 2012

Cinta Sang Pujangga

*kado puisi untuk saya, ba'da koman-komen ndak jelas di status FBnya, eh..saya dibuatkan puisi betulan :) Jazakillah khairan yah, ukhti.. :')



Cinta Sang Pujangga

oleh: Rezqy Hardianti Taufiq
 
Mudah saja bagi sang pujangga memainkan tinta
Mengungkap isi hati dalam bingkai kata sarat makna
Namun ia tetaplah insan biasa
Mengalah pada rasa yg tak mampu dilukis oleh pena
Cinta….

Mudah saja bagi sang pujangga memainkan arti
Duka & lara diselipkan dengan rapi
Hanya ia dan sajaknya yg mengerti
Namun ketika cinta menyapa diri
Dipermainkan rasa yg tak lagi memijakkan kaki di bumi

Benarkah cinta sedahsyat itu?
Sang pujangga dengan kosa kata yang beradu
Namun karena cinta ia menjadi kelu
Buncahan rasa yg kian menderu

Sang pujangga
Layaknya manusia biasa
Dalam kamusnya ada diksi cinta
Suatu saat kan berlabuh pada waktunya
Seiring irama takdir Al-Waduud, Yang Maha Mencinta….

My Room, 2 April 2012
Sedikit coretan untuk sang pujangga yg lagi galau... Al-Ukht Ar-Rifa'ah.... :D

*ps: kayaknya diriku ndak segalau itu deh, yah... *kalem* 

Minggu, 01 April 2012

subuh

subuh ini


;aku mengingatmu lagi

Sabtu, 24 Maret 2012

sulaman kupukupu


pic by DarkAlaria69 on http://browse.deviantart.com/?q=butterfly&order=9&offset=24#/d1pgoev


kemarilah,

akan kusulamkan kupukupu di lengan bajumu
juga kupastikan masih ada cahaya di hatimu
berpendar serupa sinaran bintang dimasa lalu
yang kita tangkap lukisannya saat menatap langit
adakah kau masih memandangnya?

maka malam memang terlampau panjang
untuk menjaring tiap rekam yang kau ingin
pada buih-buih mimpi yang sementara
yang hilang
yang kau mengerti akhirnya saat terjaga

kau yakinlah saja,
masih ada cahaya di hatimu
sekuntum-kuntum berpendar-pendar
kupandang itu sebagai sebuah harapan
kelak kau sadar
lalu kembali dari petualangan panjang
(penghujung Maret 24 '12)

Senin, 19 Maret 2012

kemana kau akan pulang?


jika saja waktu bisa kita simpan di dalam saku
mungkin di sela senja yg kelabu
saat kendara merayap tanpa senyap
dan bulir-bulir keringat menyatu dgn tetes hujan
mata-mata kantuk
dan betis yg pegal menghamburkan gusar dari lisan
seketika lenyap, terlupa deret-deret nikmat yg telah didapat
ah..

ingatkah pada doa masa lalu?
pinta yg menuntunmu pada sebuah keinsyafan pada takdirNya
ada yg jelas jadi inginmu, namun rupanya bukan goresNya
lalu kini, kau menafsirkan fragmen-fragmen yg tersusun melengkapi mozaik yg kau terka
pada sekelebat senyum yg tertangkap di sudut mata
pada letak-letak titik yg makin mendekat
pada arah perjalanan yg membuatmu bertanya
'ke mana kau akan pulang?'
(maret, 19 '12)

*dalam perjalanan pulang, sepanjang macet gegara demo kenaikan bbm :|

pic from devianart.com

Kamis, 15 Maret 2012

Inspiring Award from Inspiring Blogger


Alhamdululillah, di pertengahan Maret ini, dapat kejutan dari salah seorang sahabat maya, Kak Mugniar yang (saya pribadi) lebih senang memanggilnya Bundanya Fiqthiyah. Kejutan itu berupa award dengan tajuk 'Inspiring Blog'. Sebenarnya, agak malu juga sih untuk menerima award ini, merasa tidak pantas begitu... Hehehe... Dan sebenarnya, agak bingung juga ingin memposting award ini di blog yang mana *kebanyakan.rumah.mode.ON*.

Pada akhirnya, saya justru merasa bahwa si pemberi blog inilah yang jauh lebih inspiring! Yup, beliau konsisten sebagai seorang blogger, dengan menuliskan postingan-postingan yang sederhana namun sarat makna. Inspiring sekali! Sst.., blog beliau juga pernah memenangkan lomba bookyourblog dan akan dibukukan lho! *Asyiiik...

Nah, meskipun tidak ada kewajiban untuk membuat award ini jadi berantai, saya tetap ingin mempersembahkan award ini kepada seorang blogger yang saya kenal di dunia nyata dan rutin saya cek update blognya di dunia maya. *jengjengjeng*

Mama Mirna

untuk rumah mayanya di:

http://aineblume.wordpress.com/

Saya selalu menyukai tulisan-tulisan Mama Mirna yang sudah saya nikmati sejak jaman SMP dulu. Tulisannya khas dan enak dibaca. Semoga dengan menerima award ini, yang bersangkutan bisa lebih rajin lagi mengupdate blognya. Meski tidak selalu meninggalkan komentar, saya adalah silent-reader mu yang setia, Ma. :D

Ok, sip.

Tugas selesai! Waktunya saya menengok rumah maya yang lain dan bikin postingan baru di sana. Happy blogging, bloggers!

Selasa, 13 Maret 2012

larik-larik sebelum tidur


tidak perlu risau, kawan
meski matahari tidak pernah berjanji akan datang esok hari
setidaknya, malam ini ada rembulan
ada bintang gemintang
yang menemani tanpa pamrih
maka pandang saja mereka
sinarnya adalah rerimbun cahaya layaknya siang atau pagi
hanya saja
tiap mereka memiliki caranya masing-masing
bukankah serupa kita?

hidupilah hidup
lalu jangan mati sebelum waktu kita benar-benar terhenti
sebab kita masih punya kata yang mengalun untuk terucap meski bibir kelu sebab masih ada jemari yang dapat bergerak lincah dan mewakili apa-apa yang tertahan di lidah maka cukup jeda ia dengan koma atau akhiri dengan titik di bagian ujungnya
cukup panjangkah?
tak mengapa, selama kita masih menyimpan harap

ada yang bertabur kilau kemilau dunia, namun masih saja menganggap kurang
ada pula yang dihempas sedikit ketakutan, lalu keluhnya berkepanjangan
hey,
takutlah kita jika disuruh saja mencari bumi selain bumi Allah
maka kemana lagi kaki akan melangkah?

ini berbaris-baris sebelum tidur
menjadi penghujung hari dan penghujung kata
ada mata-mata berbinar yang kelak akan menatapnya
namun tidak perlu risau pada tiap hati yang masih masih saja berantakan; mencari kemana labuhnya, meski ia tahu tidak pernah menjelma rakit, kapal, apalagi pesawat terbang
ya, tak perlu risau
sepanjang tetap ada rencana untuk selalu menatanya


*hari ini mendengar kabar Aa' Gym dan Teh Ninih rujuk kembali, dan saya bahagia :)

original pic by Rifa'ah

Kamis, 01 Maret 2012

:)


kau kemudian bertanya;
tidakkah lebih perih jalan yang akan dilalui?


tapi bagiku
lebih baik kau tersenyum saja
sebab simpul di bibirmu tidak akan kulupa

mungkin, bisa membuat segalanya terasa lebih mudah

Senin, 27 Februari 2012

renung

pic by Rifa'ah; menara masjid kampus UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang


Bismillah...
Atas izin Allah, diantarkanlah kita ke jalan penuh cahaya ini
Atas izinNya pula, kita tetap bertahan dengan segala keterbatasan, segala episode jatuh dan tersandung yang mungkin sering; jika pun tidak terlihat secara zhahir, mungkin ia memang tersembunyi di dalam bathin
Jika saja kita ingin jujur
Telah berapa keluh yang kita rasai pahitnya sendiri, saat kembali kita peroleh onak dan duri yang sebenarnya telah kita pahami sejak awal berada di sini.

Ya, orang-orang bertanya; apa yang kita cari?
Menyusuri jalanan panas, kadang pula hujan, ataukah dengan semua urusan pribadi yang menghalang. Apa yang kita cari?
Kita berpayah-payah untuk datang, menemui mereka yang bahkan mungkin baru saja kita kenal, sama sekali tidak ada hubungan darah, bahkan pun harus setengah mati kita dudukkan

Kita membagi ilmu yang hanya secuil ini
Kita membagi kata ‘tidak tahu’ pada tiap tanya yang belum kita ilmui
Kita tinggalkan sejenak segala ego, dalam keadaan lapang, dan semoga pula meski kita sedang sempit

Tapi, apa sebenarnya yang kita dapatkan?
Bukankah tidak ada rupiah yang dijanjikan?
Bukankah tidak ada ketenaran yang diberikan?
Tidak pula sanjung puji apalagi jabatan...

Sementara, terkadang jalan ini begitu berat dan melelahkan. Belum lagi dengan segala godaan untuk meninggalkannya, dan beribu-ribu alasan yang mungkin dapat dengan fasih kita lontarkan.
Tapi... Bukankah dalam lingkaran kecil itu pula kita menggelar taman-taman syurga?
Menatapi mata-mata penuh ingin tahu itu, mengajarkan mereka tentang Rabbnya, Rasulnya, dan Agamanya... Lalu membuat mereka jatuh cinta pada jalan yang sama
Memang, tidak ada rumah mewah yang telah dijaminkan, namun darinya, kita berharap, di tempat yang lebih indah kelak kita akan dikumpulkan, di jannahNya yang kita rindukan...

Meski tak pernah nampak kita saksikan dengan nyata, bukankah kita pun yakin, ada doa-doa dari penduduk langit dan bumi, ada pengampunan dosa yang dijanjikan dalam tiap detik kebersamaan itu. Kelak, ia mungkin akan membayar setiap peluh dan air mata yang pernah kita teteskan.. Semoga, ukhti...

Maka setiap kita bacakan doa memulai majelis itu... Semoga kita maknai kembali setiap untai syukur kita kepada Allah, ketidakmampuan kita tanpa pertolonganNya, dan betapa butuh kita pada ampunanNya. Betapa banyak kejahatan diri dan keburukan amal-amal kita. Dan bahwa hanya atas petunjukNya-lah setiap jiwa akan peroleh cahaya.

Dalam setiap detik keberlangsungan taman syurga itu, hati kita gerimis dan diterjang rindu, pada sosok murabbi pertama; Rasulullah Shallalahu 'alaihi wasallam. Dituntunnya tiap hati yang ada dalam majelisnya. Dengan ayat-ayat Allah, dengan ilmuNya yang seluas samudra, dan juga dengan penyucian jiwa. Kita tentu rindu, ingin pula berada di majelis itu. Maka kini kita menapak tilas fragmennya dalam langkah kita yang sederhana. Semoga dengannya Allah berikan berkah...

Itulah murabbi sejati...
Yang mengendap bersuci di malam yang sepi
Saat manusia lainnya tidur nyenyak dalam selimut nyamannya
Ia menyungkur sujud kepada Rabbnya
Agar terlimpah cahaya bagi jiwa yang ia bina
Agar dirinya tidak menjadi penyebab dihalanginya hidayah

Maka jika terbersit lagi tanya; untuk apa kita bertahan?
Cukuplah Allah yang memberi balasan
Cukuplah Allah yang menjadi alasan


untuk semua murabbiyahku, yang menapaki ribuan langkah; tak lelah, tak jemu, sampaikan firman Allah.

Kamis, 23 Februari 2012

bayang-bayang senja


ada sebuah kata sederhana yang menuntun pada secercah jumpa
kau tahu,
begitu sulit baginya untuk keluar dari ketakutan yang menyakitkan
dahulu sekali
saat subuh dan malam yang sepi menjadi saksi
lalu ia pada akhirnya harus bercerita kepada matahari

maka kini
saat senja hujan
dan berebutlah kelabu, jingga, dan biru pada kanvas langitnya
ada bulir-bulir rintik yang menjadi saksi
pada senyumnya yang merekah
dan pipinya yang merona

sebab terkadang, yang nyata begitu mudah untuk disembunyikan
namun bayang-bayang senja yang mengikutinya hingga pulang itu
tetap saja dapat muncul tiba-tiba
meski ia pejamkan mata

Selasa, 07 Februari 2012

di ruang cinta


taukah kau bahwa ada waktu dimana langit memamerkan lukisan yang sangat indah?
saat dipadukannya biru, jingga dan kelam dalam satu kanvas semesta
namun bagiku, perjumpaan denganmu lebih mengagumkan
di langit berwarna apapun ia tertakdirkan

ada ruang cinta yang telah digoreskanNya sejak dahulu
jika saja mampu kita intip, maka akan tertuliskan di sana
namamu dan namaku dalam sebuah fragmen
apakah yang membuat jarak menjadi tanpa makna?
ya, saat akhirnya keinginanNya jua yang pada akhirnya nyata
lalu kita tunduk pada tiap goresNya
sambil bertafakkur pada tiap hela napas
sungguh, kuingin kau yakin pula
atas segalanya
tiada yang sia-sia

maka pada setiap perjumpaan kita
percik cinta adalah niscaya
yang semoga mendatangkan rahmatNya

sederhana saja, sayang
saat kita mengecap pisah yang sementara
hiruplah rindu itu sebanyak kau ingin
ia mungkin menyesakkan
namun sementara saja
hingga kita bertukar kabar

bahwa Allah masih terus menjaga


"satu-satunya puisi yang saya buat dalam tiga kali 'duduk'. Yang jadi duluan adalah bagian akhirnya, lalu bagian awal, dan terakhir di bagian tengahnya. Padahal akhir2 ini suasana cukup mendukung untuk membuat puisi, tapi entah mengapa ada yang mengganjal sehingga ia tidak bisa jadi dalam 'satu kali duduk'. Namun, puisi ini memang harus jadi! Sebab ia saya buat untuk orang spesial, yang oleh dosen saya, kami disebut; teman seperjuangan. Hehehe...

untuk ukhti Nurhainun Ibrahim. Menandai hari bahagianya di 5 Februari 2012 yang pasti indah baginya. Teriring doa; barakallahu laka, wa baraka alaika, wa jama'a bainakuma fii khair. Uhibbukifillah.. :')"

Selasa, 31 Januari 2012

februari, sepotong puisi


potongan puisi untuk puisi walimah yang saya nantikan di awal februari ini. Duh, kok saya yang jadi tegang yah.. *heu..

Selasa, 24 Januari 2012

detak


izinkan aku jatuh cinta
pada tiap sinar mentari yang tercurah
dan menyelip pada sela-sela awan
yang bergeser pelanpelan
saat tersapu angin sepoi
yang juga memainkan anak rambutmu

aku tidak akan menghitung janji-janji
tapi aku yakin
pada bisik rembulan diam-diam
saat menatapmu mengangkat wajah dari sujud panjang itu
adakah namaku dalam doamu?

lalu pada sudut-sudut malam saat ia sepi
kau tahu,
aku tidak pernah peduli pada warna bola matamu
sebab pada tiap rekam rindu ini
ada saja senyum yang terselip
demi tiap kenang yang berpendar
seperti kunang-kunang yang pertama kali kita lihat
dengan hati yang paling bening
di suatu hari
ya, aku sepertinya telah mengerti

aku sepertinya telah mengerti
saat kurasa ini adalah sebuah perkawanan lekat yang telah lama kunanti
lalu kau meralatnya
sebab kau rasa
kita lebih dari itu
kita adalah saudari
dari rahim suci yang terikat oleh perjanjian pasti
saat kita melangkah pada langkah yang sama
saat saling meraih meski tertatih
lalu pada tiap detak hari

saling berharap dapat berjumpa kembali

Senin, 23 Januari 2012

maka tentang yang ini pun, aku ingin kau tahu


pic by tuukka1 on devianart.com



tentang yang ini
saat berlalu masa-masa biru
dan banyak hal lain yang datang silih berganti
dan melengkapi tiap jengkal yang harus terlengkapi
aku ingin kau tahu
dan mencatatnya sebagai ragam jejak
yang kelak
menandai hadirku
padamu

kau tahu,
tiap langkah yang telah tergariskan ini
dan terlalui dengan caranya masing-masing
kadang mengubah lalu mengembalikan kita pada warna
yang paling pertama kita pilih
namun akhirnya kita mengerti
bahwa ada kalanya kita harus berganti
seperti langit yang cerah lalu berubah sendu
muram dengan senja
bahkan kelam oleh malam

tak mengapa,
sebab esoknya pagi akan kembali cerah

ya, ada rasa yang kita anggap miliki
namun ternyata harus hilang dan pergi
maka antarkan saja setiap celah yang selama ini buat kita bertanya;
di hadapan sana, apa lagi yang akan ada?

maka tentang yang ini pun,
aku ingin kau tahu
bahwa semua yang dulu telah membuat ragu
kini telah terang benderang
seperti tetes-tetes air hujan
yang menjelma warna-warni
saat ditimpa cahaya

bukankah indah?

Jumat, 20 Januari 2012

malam itu, tiba-tiba...

megalotusFILE; notebook tempat dulu saya menulis puisi-puisi sebelum punya laptop


ini mungkin menjadi puisi pertama yang saya posting untuk kedua kalinya di blog ini. Entahlah, hanya karena ingin saja. Puisi ini dibuat pada 11 Juli 2006 yang lampau, dan memperlihatkan pada saya sendiri, betapa katakata juga ikut bermetamorfosis bersama saya, seiring waktu. Lihatlah pemilihan diksinya yang lebih njlimet! Yah, saat itu, kebanyakan puisi yang saya buat adalah tipe 'puisi kamar' yang memang untuk saya tulis, saya baca, dan saya nikmati sendiri. Jika pun ada orang lain yang membacanya, silakan menikmatinya dengan cara Anda masing-masing, lalu saya merasa tidak penting untuk menjelaskan apapun. Yah, tidak ada pesan yang ingin tersampaikan selain pesan saya padanya saja; kata-kata yang menjadi teman setia untuk curhat, -kau tahu, yang tidak pernah bertanya 'mengapa?' dan tidak suka membocorkan rahasia. Hahaha.., anak muda..

sekarang, puisi menjadi tempat yang cukup nyaman untuk 'menyampaikan'. Untuk hadiah pada hari bahagia siapapun, untuk pesan kepada orang-orang sekitar yang saya inginkan kebaikan atasnya, pun untuk siapapun yang mungkin sedang berteduh pada 'SajakyangBerhamburan' ini. Saya berharap ada 'pesan-yang-sampai', hingga kemudian diksi pun menjadi tidak begitu suka-suka dan (semoga) lebih mudah dipahami. Meski pada akhirnya, saya tahu, ternyata hal itu sedikit banyak telah mengubah cara saya 'bergaul' dengan puisi.

tapi apapun itu, saya tetap menyukai mereka semua. Menyukai puisi-puisi yang saya buat. Karena saat 'menatap' mereka satu per satu, meski mungkin tidak begitu banyak yang tahu -dan mau tahu, saya sadar; saya telah melalui banyak hal, saya telah belajar banyak hal.

dan untuk 'Malam itu Tiba-Tiba...' ini, saya selalu ingat pernah menuliskannya pada sampul buku seorang senior. Buku yang baru ia beli. Buku yang ia minta saya menuliskan namanya di halaman depannya dengan rapi. Buku yang kemudian, ia minta untuk dituliskan puisi untuknya di bagian sampul belakangnya. Saya merindukan dia. Setelah ia melewati 'pertemuan yang mungkin justru menyebabkan lebih banyak perpisahan' itu. Tapi saya dengar, ia baik-baik saja. Mungkin, setelah perpisahan yang banyak, ia ternyata mengalami lebih banyak perjumpaan dengan orang-orang baik lainnya. Semoga. Lewat postingan ini, saya ingin puisi mewakili saya, bahwa: Malam ini, tiba-tiba saya mengingatmu, Kak Aisyah. :')


malam itu, tiba-tiba saja aku ingat pada sebuah perjumpaaan
dan tersenyum saat sadar bahwa kita telah lama jatuh cinta pada subuh dan embun di pucuk daun
dengan tergesa aku tuliskan banyak lamunan dan harap akan nyatanya
katanya,
kita jangan berdusta pada angin yang membawa benih-benih
angin yang menghempaskan dandelion di tanah baru tempat ia kembali merajut cerita
cerita tentang negeri dengan naga dan awan-awan
malam tu, tiba-tiba aku teringat pada sebuah pepisahan
saat kita berkta tanpa kata
walau kita sadar,
telah lama jatuh cinta pada nyanyi angin kala mentari datang.

Kamis, 19 Januari 2012

telah ada diam


telah ada diam
telah pula ada kata
maka telah ada cerita

kupilih untuk diam saja dan tidak memulai apa-apa
dulu, telah terajarkan untuk demikian
maka tiada yang akan terasa percuma


*aih, galau sekali nampaknya, padahal tidak pula ada apa-apa :p

senja

mungkin sebab kita terlalu tergesa untuk menyalakan lentera
sehingga tiba-tiba terperanjat bahwa ternyata senja masih cukup kemilau
untuk kita nikmati cahaya keemasannya
dengan seperti apa ia mampu bersinar

-----

suatu waktu
di saat seharusnya tersenyum
ada takut yang tiba-tiba datang
ada perih yg seketika menjerap
pada sebuah kemungkinan
pertemuan yang akan menjadi mula dari lebih banyak perpisahan

-----

tapi jiwa ini rapuh
perahu kertas yang kemarin kau hanyutkan
telah basah sempurna dan tenggelam
dan langit hanya dapat menaunginya seperti kemarin
memandangnya dalam luka
dalam duka

------

ibu bilang
hatimu keras
tapi kau tahu
itu dari luarnya saja
selebihnya ia dapat patah seketika
bukan oleh siapa-siapa
bukan pula oleh prasangka
tapi olehnya dirinya saja

saat ia menghimpun kata-kata di hadapannya
agar menyulam diri menjadi sehelai sapu tangan
sudikah bantu resapkan air mata?
(Januari, 19 '12)

Minggu, 08 Januari 2012

sebab sempurnalah



ada seutas lengkung yang menghiasi bibirmu hari ini
tersebab telah berjumpanya asa dengan nyata
oleh setiap bait-bait doa yang engkau titip
di malam-malam yang sepi
tanpa nama yang harus diperbicangkan
sebab kau yakin saja
suatu saat ia akan datang dan menemukan
siapa pun,
biarlah Allah yang memilihkan

lalu sebuah perjumpaan menjadi begitu manis
saat penyair berkata,
seolah tidak mengapa matahari padam
sebab cerah wajahmu telah siap menjelang
dengan taat yang paling sadar
kepada ia yang ridhanya dapat berbuah syurga


ingatkah kau pada kisah di suatu masa
saat Fatimah berbisik bahwa ia telah jatuh cinta
sebelum pertemuannya dengan ‘Ali disambut dengan Ahlan dan Marhaban?
Tahukah bagaimana gemuruh ‘Ali saat mengetahui
Bahwa sang kekasih dulu pernah menyimpan misteri
Dalam hatinya telah ada seorang pemuda yang entah siapa
Lalu Fatimah berkata lirih
Bahwa lelaki yang dikagumi
Tidak lain adalah ia yang kini menjadi sang zauji

maka bukankah kita mendoa untuk berkah?
agar berlimpahlah segala kebaikan
bukan karena jumlah, namun sebab pekanya jiwa
dan dikumpulkannya kau dan dia
dalam keindahan

tapi musim tidak pernah berjanji untuk senantiasa cerah
semoga tak mengapa, sebab telah tersiapkan diri untuk menghadapinya
biarkan saja badai cemburu sebab bibirmu tanpa keluh
namun justru saling bergandeng untuk menguatkan, menyadarkan bahwa telah ada yang saling melengkapkan
biarkan saja hujan turun membasahi bumi
sebab layaknya ia yang rindu berjumpa tanah
kau juga memiliki senyum paling indah
yang selalu menanti ia untuk kembali berjumpa
setelah hari-hari panjang yang melelahkan

setelah malam kelam yang lama
akan menjelang biru-putih langit yang kau suka
bahagialah!

telah sempurna separuh agama.

(January 7 '12)

*special present untuk Sari-Haniyah-Ummu Abdirrahman di hari bahagianya. Teriring doa setulus jiwa; Barakallahu laka wa baraka alaika wa jama'a bainakuma fii khair... :D

bau syurga


kubuka jejakmu dalam ruang kata

dalam lirih, hatiku saja yang langsung berucap;

ukhti, bukankah bau syurga seakan tercium kini?


*kata2 yg melompat seketika setelah membaca update blog Ukh Sari-Haniyah :)

Selasa, 03 Januari 2012

tiba-tiba cahaya

tiba-tiba cahaya menerebos dari balik langit
dan membelah awan-awan putih rimbun bersemi
lalu menyapa bumi yang baru saja hidup setelah mati
sehabis hujan turun dan bertemu dengan tanah yang menanti
ada bunga-bunga yang bermekaran di pepayung para gadis

ah, tidak ingin kupinjamkan lukisan untuk sajak ini
belum lagi diakui bahwa bahagia akan cahaya
memang baru saja terasa
setelah tersaput kelam berlama-lama

Senin, 02 Januari 2012

renung


Ukhti, ingatkah bagaimana dahulu Allah menyelamatkan kita ke jalan ini?
Mungkin lewat perantara sesungging senyuman yang mengajak kita ke taman syurga
Mungkin diawali dengan mata kantuk yang penuh keterpaksaan
Namun, pada akhirnya kita jatuh cinta
Untuk terus dalam lingkaran penuh berkah
Dan memilih jalan kebenaran, lalu menyusurinya


Ukhti, pernahkah terbayang jika saja itu tidak terjadi?
Mungkin, kita sekarang sedang berjalan dengan busana yang minim
Bersenda gurau dengan para lelaki
Lalu akan menjalani hari tanpa pernah ada arti
Setelah itu kita berakhir, tanpa sedikit pun terkenang
Tanpa sedikit pun yang tersisa

Maka, duduklah sejenak dan kita saling mengingatkan
Bahwa jalan ini dahulu ditempuh oleh para Nabi dan Rasul
Mereka yang bening hatinya
Dan kuat ibadahnya
Yang teramat dekat dengan Rabbnya.

Sementara kita?


Padanglah mata-mata polos itu
Pandangan adik-adik yang penuh takjub pada sosokmu
Sosok yang bagi mereka tanpa celah dan salah
Yang begitu terjaga dengan hijabnya yang kelam
Dengan tutur katanya yang penuh retorika
Tanpa pernah mereka tahu,
Bahwa di saat sendiri
Begitu banyak maksiat, kelalaian dan kesalahan yang kita perbuat
Berapa banyak aib yang masih Allah tutupkan
Prasangka yang tersembunyi dalam hati, pun dengan hitamnya jiwa yang terpoles oleh segala bentuk kemuliaan zhahir

Namun, dimana Allah?

Dimana Allah ketika kelalaian itu kita kecap?
Dimana Allah saat kemaksiatan itu kembali kita ulang?
Dimana Allah saat penyakit hati itu datang menyusup diam-diam, lalu kita pelihara, lalu kita permaklumkan atas segala sisi kemanusiaan dan pembenaran yang kita punya!
Kita tahu, ukhti.. Allah tidak pernah hilang, hanya mungkin, nurani kita yang kadang buta untuk merasakan kehadiranNya.

Lalu jika saja maksiat itu adalah bebauan yang menyengat,
Masih sanggupkah adik-adik itu ingin duduk membersamai kita?
Ah, jika Rasulullah digelari Al Amin sebab semua orang telah mengenal keindahan pekertinya
Maka sesungguhnya, amanah ini dipercaya kepada kita, justru sebab tidak banyak yang benar-benar mengenal siapa kita sebenarnya

Maka, adakah ruang untuk berbangga?

Ukhti,
Cobalah tengok kembali shaf perjalanan ini
Lalu temukanlah bahwa ternyata ada saja bagian kosong yang tidak lagi terisi
Dimana mereka?
Dimana para ukhti yang dulu kita sebut sebagai saudari seperjuangan itu?
Adakah mereka telah tertinggal, lalu terlampau lelah untuk kembali menyusul?
Ataukah mereka telah gugur, dan tidak akan pernah lagi kembali dan turut dalam jalan cahaya ini?

Yah, mereka yang mungkin justru menjadi jalan hidayah bagi kita
Mereka yang mungkin adalah pemilik senyum yang telah membuat kita jatuh cinta
Mereka yang bersama kita meresap setiap tetes hidayah, namun kini entah berada dimana?
Mereka, yang mungkin jauh lebih baik shalatnya, puasanya, ibadahnya, bahkan kebeningan hatinya, namun ternyata tidak lagi dipilih oleh Allah

Lalu perhatikanlah kita
Kita yang mungkin masih terseok untuk menjalani segalanya
Yang kadang harus jatuh dengan teramat sakit, lalu berusaha untuk kembali bangkit
Yang mungkin dengan keimanan yang begitu tipis hingga sangat mudah terombang-ambing
Namun, kita masih di sini
Allah masih memilih!

Lantas, apa lagi yang tidak kau syukuri?



Ukhti,
Terimalah untai kata ini sebagai jejak-jejak kasih
Sebagai tanda bahwa kita adalah satu tubuh
Bahwa kita adalah para batu-bata yang sedang membangun menara cahaya
Bahwa kita sedang mengambil hikmah dari ayat-ayat langit, lalu menebarkannya di bumi
Sebagai sebuah cara, agar kelak kita berada di belakang barisan para nabi dan syuhada
Sebagai salah satu hujjah, agar kelak kita berjumpa denganNya di jannah

Ukhti, tetaplah di sini
Bukankah kau pun ingin, bangunan ini kokoh suatu saat nanti
Denganku dan denganmu sebagai salah satu penyangganya
Meski tanpa kita, kau tahu jalan ini akan selalu terisi oleh jiwa-jiwa yang dipilihNya


Ukhti, maka janganlah beranjak pergi.

*dibacakan dalam Muktamar Forum Ukhuwah Muslimah

Barakallahu fiik; kepada akhwat yang terpilih untuk kembali bersama mendaki pegunungan cahaya, semoga kita dapat sampai di puncak dengan selamat. Semoga kita terus bersemangat, sepanjang usia, sepanjang kita percaya. Ayo, gebyarkan dakwah sekolah! :D