Selasa, 31 Mei 2011

JUNI


sejak semalam, waktu terlelap itu

ingatkah kau tentang kisah saat ia membersamai para karibnya

lalu berucap dengan mata dan hati yang gerimis

tentang kaum yang tak pernah berjumpa dengannya

namun mencintainya seperti mereka yang berada di dekatnya

lalu ia katakan;

ia rindu



dialah yang mencintaimu bahkan sebelum kau lahir



pagi ini, bagaimana pula cara kami membalasnya, wahai Nabi?

dalam cahaya kami yang remang, mungkin hanya sekuntum

bolehkah di hari nanti kami berdiri di barisanmu?

sementara air mata telah gersang; kemarau

sementara hati selalunya lalai; kembara



kau al amin, sebab mereka mengenalmu

kami terpercayakan dengan tugas berat itu, sebab mereka tidak mengenal diri ini

maka jika baik sangka itu telah hilang

dan wajah mereka telah masam

saat caci tidak lebih buruk dari kenyataan

dan terlampau sering seharusnya terlemparkan pasir ke wajahnya

ah, andai mereka tahu siapa kami sebenarnya!

(Membuka Juni 2011)

gambar:devianart.com

Rabu, 25 Mei 2011

ini langit biru


dulu aku sering diam-diam menyimpan rahasia darimu, langit biru

waktu kau pergi dan kelam berganti

kutuliskan sajak untuk dibawakan oleh angin malam

lewat tiap desah nafas yang satu-satu

di malam yang sepi



tapi kini

mereka datang kembali

katanya; "kami tidak pernah sampai, mungkin agar kau tidak perlu memulai"

namun,

saat terasa ada yang hilang

mungkin ia abstrak; hanya perasaanku saja

maka langit biru itu yang kini seolah tersenyum teduh

berkata lirih bersama deret awan-awan yang putih;

"ini aku, kawanmu

kelak, tidak usah sembunyikan apapun dariku."
(May, 26 '11)



*sarapan puisi pagi-pagi dengan mata segaris -_-

Minggu, 22 Mei 2011

ini langit senja


Ini langit senja

Aku mengingatmu di bawahnya

Ia menjadi saksi

Aku merindumu, saat ini



Suatu hari aku mendengar cerita tentangmu

Dulu, waktu kita belum bertemu

Dari lisanmu, katamu:

Kau dulu pernah berada dalam gelap

Lalu ia kutuliskan dalam kisah

Pintaku, semoga gelapnya yang kini cahaya

Menjadi nasihat kepada yang lainnya

Bahwa selalu ada kesempatan untuk menjadi lebih indah

Jika kita ingin, tentu saja



Namun kini

Diantara cahaya itu kulihat kau pergi

Semakin menjauh

Dengan senyum yang tidak lagi seperti dulu

Sebab selalu kuingat kisahmu yang kutulis

Bahkan masih tersimpan hingga saat ini,

Dihatiku.



Ukhti,

Apakah jika tidak di sini

Bagimu semuanya terasa lebih baik?

(Mei, 22 ’11)

gambar: devianart.com

kepada penyair


wahai penyair,
ijinkan kucukupkan melihatmu dari sudut sajak
sebab bukankah selalu ada celah jika kita mencarinya
selalu tersisa kelam saat tidak kita hiraukan cahaya
sementara kau tau,

kepada itu aku jatuh

(Mei, 19 '11)

gambar:devianart.com

jendela


di balik jendela yang menganga

ada langit kelam dgn setitik bintang dan nyala lampu yg angkuh memendar

ia bercerita tentang bocah sepi yg ditinggal mati ayahanda
lalu ibunda pun pergi
dan tentang tangis wanita tua yg bercampur keringat lelahnya

langit itu juga yg dahulu menjadi saksi
dalam gulita seorang lelaki
memanggul karung ke hadapan pintupintu yg memanggil sunyi
lalu ia menjadi misteri
hingga jasad diakhir hidupnya yg bercerita
dialah dulu yg telah berhikmat untuk yg papa
lebam hitam di punggung menjadi buktinya

di balik jendela
langit seolah bertanya
mengapa manusia seperti akan hidup selamanya?

(Mei, 11 '11)

gambar: devianart.com