Kamis, 31 Maret 2011

mengapa puisi?


sebab ia hening menemani
seperti membersamai kawan sejati
mendengarkan hingga tuntas
lalu menyimpan dengan rapat

merekam kisah masa lalu
membaurkan mimpi masa depan
dan semua cerita yang kau sembunyi dibalik lisan

mengapa puisi?
sebab ia dinikmati dengan caramu sendiri
sebab ia...

(puisi yang tidak selesai, silakan diselasaikan sendiri~~)
Maret, 31 '11

gambar dari sini

Rabu, 30 Maret 2011

dapat!


ada bagian dariku di sana
maka sejauh apapun ia menghilang
maka akan tetap kudapatkan

baiklah

kata-kataku telah terpekur
dan ia mundur teratur
sebab memang lebih dahulu kau belajar
dan membelai mereka dengan banyak nilai
kita menyebutnya, ilmu

baiklah

kali ini pun
telah kuakui
namun tanpa harus kau ketahui
tapi suatu hari nanti
(hmm..., mungkin kau tidak ingin berlomba?)
tapi aku akan mengejar
dan,
dapat!
(tunggu aku di sana!)

Maret, 30 '11~_~
gambar dicopas dari sini

Sabtu, 26 Maret 2011

bagaimana rasanya rantau?


bagaimana rasanya rantau?
saat langit yang menaungi
menjadi saksi perpisahan dari tempat kau lahir
lalu menjejak pada sudut bumi yang lain
pada tiap episode masing-masing

bagaimana rasanya rantau?
saat rasamu adalah desiran ramai yang memanggil-manggil
waktu rintik hujan turun satu-satu
dan mengingatkan pada warna tanah yang kini telah jauh
itu dulu, waktu masih di sana
sebab kini, ternyata telah jauh kau berada

bagaimana rasanya rantau?
saat lidahmu kelu mengucap rindu
mengakhirkannya pada kebaikan kabel-kabel pengantar pesan
yang menuntaskan tanya bunda tentang kabarmu
di sana, terlampir pula perasaan bapak; betapa ia ingin bertemu
para sahabat menyembunyikan keinginan jumpa
lalu mencukupkan dengan mengirimkan sebait doa

bagaimana rasanya rantau?
saat satu demi satu langkahmu selesai
saat tiba waktunya kembali
desir angin tercium lebih wangi
(Maret, 26 '11)

gambar comot di sini

Sabtu, 05 Maret 2011

sebelum lelap

malam ini
sebelum lelap
telah kubaca bahwa seperti tak boleh ada hari yang terlewat tanpa mengeja kata
maka tak boleh pula waktu pergi sebelum ada huruf yang terpatri

maka sebelum lelap malam ini
kukabarkan bahwa hari ini tidak terlampau baik kususuri
heningnya tak juga bening
dan hilangmu mulai jengah kutemu


seperti tentang cerita yang menyadarkan kita
memaklumkan tiap dengus sesal
atau aroma ketidakpahaman
lalu mengajarkan
bahwa semua akan baik-baik saja

sebelum lelap
aku tidak akan lupa
aku tidak akan sesal
(March, 6 '11)

musim ibu


ia datang diantara rintik hujan
dan kemarau dengan angin
kering
adalah saat kulintasi
pembaringannya, namun tidak
juga dapat singgahmencari pintu surga di bawah
telapak kakimu, ibu
musim itu pun terlewat
berlalu
seperti saat aku berpamit di pagi buta
berlari dgn masa
lalu pulang dengan semua letih yg kuhimpun disepanjang jalan
mataku berat, ibu
hingga terlelap dan tidak lagi terdengar kau berseru
hingga pintu itu semakin menutup
dan musim ibu berlalu
saat ia datang lagi,
ternyata aku pergi
pulang lagi, dan terlelap lagi
terjaga saat kau pun lelap
sambil menghitung waktu
bilakah kembali bertemu
pada musim ibu.

*baraya, 3/3/11 (pada 25 tahun kebersamaan bapak dan mama)
autoklaf, segeralah memekik!