Senin, 20 Desember 2010

winter blue


dingin menusuk hingga percik terakhir menutup senja

saat diseka tiap jerit lara yang menggelantung dalam jiwa

dan dijenguk sepetak ruang hening

biru dan dingin



ada tanya yang menyeruak tiba-tiba diantara tiap noda hitam

ia menderit-derit pada sudut-sudut hati yang lebam

Allah, dapatkah aku masuk syurga?



lalu disekanya air mata yang menganak sungai dari kedua pelupuk

yah, it’s winter blue

(December, 20 ’10)



antara adzan Isya’

@masjid Nurul Iman Telkom

gambar di

sini

Minggu, 12 Desember 2010

seingatku, dulu


pernah ada waktu saat ukhuwah memeluk kita, erat
dan jarak antara kita melampaui kerinduan malam atas hadirnya bulan
atau seperti tanah kering disapa pucuk-pucuk hujan pertama dalam sebuah musim
dan kita menatapnya lewat beranda kecil di sebuah sudut
tempat sebelumnya berpasang mata juga menikmatinya di tempat itu

seingatku, dulu
kita sering saling menyeka air mata masing-masing
tapi tidak dengan sapu tangan atau jemari
tapi dengan hati dan tatap penuh arti
dan aku rindu

lalu kini
aku hanya mencoba kembali mengulang
sebuah salam perpisahan saat kulangkahkan kaki menuju medanku, meninggalkan kau dalam langkahmu
tapi kita telah sama-sama memaklumkan jiwa,
bahwa layaknya pertama kali kita memilih jalan ini
seperti itu pula akan terus berusaha kita susuri
hanya saja kadang ia bercabang
tapi tetap kita saling berjanji berjumpa di penghujungnya
di syurga, insya Allah

aku hanya melihat semburat cahaya dari matamu, ukhti
lalu jika kau bertanya mengapa aku ikut bahagia
maka kujawab;
sebab Allah yang mempertemukan kita
dan menyatukannya dalam dekap ukhuwah
maka berjanjilah akan menyimpan satu hamparan untuk kami dalam hatimu
karena juga selalu ada tempat dalam jiwa; yang ada namamu di sana.
(December 12, ’10)

buat ukhti Syifa satu kata saja, cukup untuk mentranslate senyum misteriusmu akhir-akhir ini ukh! ^_^

gambar: http://scienceblogs.com/neurotopia/coffee%20love.jpg