biarkan saja kutuliskan segaris huruf yang bersembunyi
dari seonggok hati di dalam diri yang berharap itu bukan kau!
bukan kau!
tapi ternyata memang segala angin yang berhembus dan berucap bahwa bukan lagi ceritamu yang tertulis di sana
bukan lagi langkahmu yang akan menapak jejak
tapi salahkah jika aku terus meminta dengan mengetuk nurani dan menguat-nguatkan hati
kelak kau akan kembali di sini
ini bukan cerita tentang sajak-sajak cinta yang diuntai oleh mereka yang sedang merah muda hatinya
tapi oleh apa yang dibisikkan desir-desir halus yang ingatkan bahwa dahulu ada masa dengan cerita namamu di sana
dan biarkan saja kutuliskan garis-garis huruf
seolah seperti saat Rasulullah menengadahkan tangan
berdoa agar pamannya berucap tauhid
tapi ternyata Allah-lah yang memilih, bukan?
dan inipun bukan lagi tentang siang yang dilalui dalam lingkaran penuh berkah itu
kita sadari, saat itu
tapi entah, kini
sebab telah pergi satu per satu
jiwa-jiwa yang dulu bersama menatap cahaya
dan jiwamupun ikut pergi
seolah mengulang kembali bulir-bulir air matanya
dulu, tiga tahun yang lalu!
(maret, 21’10)
untuk seorang ukhti yang saya rindukan,
kenapa justru saya berharap itu bukan kau?
dari seonggok hati di dalam diri yang berharap itu bukan kau!
bukan kau!
tapi ternyata memang segala angin yang berhembus dan berucap bahwa bukan lagi ceritamu yang tertulis di sana
bukan lagi langkahmu yang akan menapak jejak
tapi salahkah jika aku terus meminta dengan mengetuk nurani dan menguat-nguatkan hati
kelak kau akan kembali di sini
ini bukan cerita tentang sajak-sajak cinta yang diuntai oleh mereka yang sedang merah muda hatinya
tapi oleh apa yang dibisikkan desir-desir halus yang ingatkan bahwa dahulu ada masa dengan cerita namamu di sana
dan biarkan saja kutuliskan garis-garis huruf
seolah seperti saat Rasulullah menengadahkan tangan
berdoa agar pamannya berucap tauhid
tapi ternyata Allah-lah yang memilih, bukan?
dan inipun bukan lagi tentang siang yang dilalui dalam lingkaran penuh berkah itu
kita sadari, saat itu
tapi entah, kini
sebab telah pergi satu per satu
jiwa-jiwa yang dulu bersama menatap cahaya
dan jiwamupun ikut pergi
seolah mengulang kembali bulir-bulir air matanya
dulu, tiga tahun yang lalu!
(maret, 21’10)
untuk seorang ukhti yang saya rindukan,
kenapa justru saya berharap itu bukan kau?