di sini selalu hening
bulan sabit merindukan matahari yang senantiasa purnama
mereka tidak pernah berjumpa
tapi sepertinya saling tahu
dari kabar-kabar cahaya
bintang-bintang mungkin terlalu terlambat menyampaikan pesan
cahayanya baru kita terima bertahun kemudian
ia tidak pernah menyerah
baginya, sia-sia adalah
saat tak pernah berbuat apa-apa
sementara matahari selalu tahu
hanya sebab sinarnya saja ia dikenang
tapi haluslah dirinya
sebab,
bahkan meski awan menghalangnya di suatu siang
ia tetap paham betul
suatu waktu terik harus berlalu
ada yang sedang memerlukan teduh
bahkan meski ia tak lagi nampak
sebab mendung sedemikian kelabu
ia masih saja terus percaya
seseorang sedang duduk di beranda
menunggu hujan yang menemaninya memintal masa lalu
Makassar, 26 September 2013
Saya yang selalu kesulitan untuk memulai pembicaraan, kemudian menemukan puisi sebagai kawan yang begitu baik. Yang dapat menjaga rahasia dengan apik.Yang dapat dengan sabar mendengarkan, tidak menyela dengan interupsi, tanpa pernah bertanya ‘Mengapa?’ Nikmatilah! Bukankah hidup ini adalah puisi yang indah?
Kamis, 26 September 2013
Kamis, 12 September 2013
kulihat cahaya
saat tengok ke luar jendela
sementara tahun-tahun yang terlewat dengan hal yang sama
di setiap masa itu,
tak satupun yang tahu
betapa butanya aku
lalu kini,
saat bola mata mengerjap pada sinar bintang
aku di sini,
tiba-tiba menyaksikannya
dari sini, begitu jelas;
inilah
takdirku
ada hari dimana kita mengejar mimpi
namun masa itu nyatanya hanyalah kabur
saat tak satupun yang terlihat sebenar-benarnya
sebagaimana segala yang seharusnya
kini, kau bersinar bersama gemintang
tiba-tiba aku pun menemukan;
saat kau di sini, segalanya nampak nyata
saat aku percaya;
inilah takdirku.
pic by Tofu-miso |
dan pada akhirnya kulihat cahaya
seolah setiap kabut telah tersingkap
akhirnya kulihat cahaya
saat langit nampak berbeda
disana hangat, disana nyata, disana sinaran
dan bumi pun bergerak
saat segalanya terlihat berbeda;
aku melihatmu
ya, kini,
aku melihatmu
Makassar, 12 September 2013
*) terjemah bebas dari syair 'I see the Light'- Tangled
Jumat, 06 September 2013
sajak tembok apotek
kami tidak
pernah berani
menyisipkan
nyawa diantara serbuk pil, tablet, atau sirup obat batuk
mereka telah
mati lebih dahulu
digerus
lumpang yang mendekam di lemari kaca
blender yang
mendesis sepanjang hari, menertawainya
kami tidak
pernah belajar membaca atau berlatih bahasa
(cakar-cakar,
atau ulat-ulat yang menari-nari memang bukan untuk dibaca, bukan?)
lembaran
resep itu adalah surat cinta
yang kami
mengerti tanpa perlu belajar mengeja
para dokter
meminta kami mengambil obat dalam bungkusan plastik
kami tahu
perlu memberikan doa dalam senyap yang terbetik
dalam senyum
yang dikira tidak penting untuk dibalas itu
dalam terima
kasih yang disangka basa-basi
kalian kira
telah berhasil membeli bugar dan bahagia dengan datang kepada kami?
tidak,
Tuhan-lah yang telah memberinya
atau
menahannya
bahkan tanpa
perlu kalian minta.
Makassar, Agustus 2013
Rabu, 04 September 2013
titip salam
by Jimothy |
langit
menitipkan salamnya untuk tanah lewat hujan
senja, telah
dititipi salam oleh siang kepada malam
sementara
malam, meminta fajar untuk sampaikan salamnya
kepada pagi
by Liajedi |
kepompong
dititipi salam dari ulat kepada kupu-kupu
angin yang
berhembus membawa salam tangkai-tangkai dandelion kepada tanah baru
tempat
benihnya akan tumbuh
by Andokadesbois |
tangkai-tangkai
pohon
juga rupanya
rindu pada rerumput
mereka
menitip salam lewat daunnya yang gugur
by Augenweide |
selengkung
sabit itu, adalah salam yang tertitip dari bulan baru kepada purnama penuh
bintang
gemintang riuh, mengingatkannya selalu
tahukah kau?
by Leonn |
sementara puisi ini
adalah
titipan
salamku
untukmu
Makassar, Agustus 2013
Langganan:
Postingan (Atom)