Kamis, 25 September 2014

lepaskan




saat hidup mengajarimu perihal menebak
warna apa yang akan kau jalin di langit yang luas
adakah telah tepat tambatan penantian
atau sauh harus kembali kau naikkan pada geladak
 
saat perjalanan menjadi tak berujung

kau menatap horison yang seolah tak tergapai
sementara kembali ke dermaga bukanlah pilihan
pecahkan kacanya dan pastikan hatimu telah siap
ia telah menunggu di sana



dan senja memintamu untuk berhenti
menikmati sejenak keseimbangan hari-hari
perihal teduh yang telah kau lupa
hanya karena menunggu lautan reda dari gemuruhnya
 


lepaskan, lepaskan, lepaskan pandangmu
jika debur ombak di lautan sudah teramat keras
mungkin memang saatnya kau memandang sekeliling
dan menemukan matahari atau hujan
untuk kau nikmati

Makassar, 26 September 2014
*break the glass, push the tab. i'm ready. i'm move on 

Sabtu, 13 September 2014

merawat rindu


ada yang membaca puisi diam-diam
di salah satu sudut hati kita yang paling dalam
rindu, namanya

serupa tanah kering yang dipeluk rintik hujan yang kemilau oleh cahaya matahari
suatu senja kita menatap langit
dan merangkai imaji dari awan-awan jingga yang membentuk wajah-wajah
tiap rupa yang pernah singgah di jiwa
yang lama, yang sejenak, atau yang hanya mampir tanpa kata-kata
namun, jika daun yang gugur saja atas kehendak dan sepengetahuanNya
maka tentu tentang pertemuan kita, lebih lagi punya makna

ini aku, merawat rindu yang merimbun disiram waktu
jarak yang membentang
dan berpasang mata yang telah lama tak bersitatap
telah membuatnya makin subur
sambil dipelihara oleh hujan dan matahari senja
kita mengejanya dalam satu kata yang sama, meski dari tempat yang berbeda
bukan dengan kicau biasa
namun ia menjelma doa-doa

jangan khawatir, meski wajahmu jarang lagi kulihat
namun masih kuingat tiap gurat yang membentuk senyummu
adalah kenangan yang menyimpannya dengan rapi
mengejanya dengan teliti
dalam setiap pinta yang melangit untuk hari cerahmu

jangan khawatir, jemarimu mungkin tak sering lagi kugenggam
tapi kuharap aku tetap dapat memelukmu hangat
dalam seindah-indah sangka, bahwa kau selalu baik-baik saja
sebab kau dalam lindunganNya
tetap dalam taat padaNya

ini aku, merawat rindu yang merimbun disiram waktu
hingga akhirnya kita tahu
bahwa nyatanya, mudah saja mempertemukan jiwa kita, meski raga saling terpisah;
ingat saja aku dalam hatimu
aku akan selalu ada di sana.

Makassar, 12 September 2014
Requested by Khaerunnisa Said
Afwan yah, puisinya telat sehingga rindunya mungkin sudah lewat ;)

Sebagian orang merasa tersiksa oleh rindu. Sebagiannya lagi menjadikan rindunya sebagai sebuah kekuatan besar yang dapat dengan mudah mengayunkan langkahnya, mengumpulkan semangatnya, dan mengenyahkan rasa takutnya hanya untuk mencapai satu hal; bertemu. 

Tapi bagi saya pribadi, tidak ada yang salah dengan rindu. Ia hanya satu jenis perasaan yang sama seperti perasaan-perasaan lainnya; marah, sedih, bahagia, semangat, dsb. Maka terkadang, hidup bukan hanya tentang apa yang kita rasakan, tapi tentang bagaimana kita 'memakai' perasaan tersebut.

Sampai sekarang saya masih beranggapan bahwa pertemuan yang tidak disengaja itu, adalah satu jenis kejadian yang sangat manis. Bertemu secara tidak sengaja dengan orang yang sedang sangat kita rindukan? Mungkin itu merupakan diantara kebahagiaan yang telah Allah ciptakan. Sangat alami. Sangat jodoh. 

Jika pun hal manis itu tidak terjadi -atau tidak akan pernah terjadi, maka seperti yang saya tuliskan dalam salah satu larik di atas; jangan khawatir, mari kita terus merawat rindu. Selamat merindu!