Sabtu, 31 Desember 2011

teh pagi

Secangkir teh


sepotong pagi

menduga rindu yang datang suatu hari


tanpa peduli apakah ia kemudian sama
dengan segala hal yang berada di sekelilingnya
seseorang berkata,
seiring dengan bertambahnya waktu
ada yang berkurang tanpa kita minta
tanpa kita ingin

tapi sebelum masanya tiba...

*feel free untuk meneruskan puisi ini, monggo.. :)

allpicturetakenfrom:devianart.com

Minggu, 25 Desember 2011

lelaki bernama laut


Lelaki bernama laut/ melangkah menyusuri jalanan yang lengang/ saat begitu banyak yang terlelap di tengah malam/ sebuah pintu tidak sengaja terbuka baru-baru saja/ dan ia rasa, di sanalah saat yang tepat untuk beranjak/ meski perih di dada kiri terus ikutinya

Lelaki bernama laut/ menatap seorang pemulung yang tertidur di samping gerobaknya/ di dalam gerobak, anaknya memejamkan mata; tenang/ tidak ada yang tahu, nyawanya telah hilang/ siang tadi, ditabrak sebuah mobil mewah yang membeli kebebasannya dengan lembaran rupiah/ lalu, sang pemulung bahkan harus bingung dimana menguburkan ananda/ sebab kematian pun ternyata menuntut harta/ sedang ia tidak berpunya/ lelaki terus melangkah/ meski perih di dada kiri terus ikutinya

Lelaki bernama laut/ kini menyusuri bibir pantai/ menatap camar yang terbang membentuk pemandangan di langit malam/ angin berembus memainkan anak rambutnya/ ia masih terus bertanya, apakah ikan-ikan ikut tertidur jua?/ pun dengan batu karang yang nampak begitu garang/ ternyata di tengah malam, ia terlihat kesepian/ lelaki terus melangkah/ merasakan hangat pasir pantai yang menelusupi telapak kaki/ meski perih di dada kiri terus mengikuti

Lelaki bernama laut/ berhenti pada suatu titik/ di hadapan luasnya langit yang kini kelam/ ia berbisik dengan lirih/ hey, kau.../ yang terus berdetak tanpa kupinta/ yang terus berdetak di kala aku tidur/ di kala aku sedih/ di kala aku marah/ di kala aku bahagia/ di kala aku jatuh cinta/ bagaimana bisa aku percaya pada mereka/ bahwa kau akan segera membuatku kehilangan nyawa?

gambar:devianart.com

Jumat, 23 Desember 2011

kepadamu, Cinta


:untuk Kak Yenni


kepadamu, Cinta
kupandang pagi seolah benderang
bukan tersebab mentari
tapi wajahmu yang menyinari


kita tengok jejak-jejaknya dalam untai kisah
saat cinta adalah selimut hangat yang menenangkan
pasca turunnya wahyu yang pertama
juga deret kata-kata yang menghilangkan gusar
dari bibir ibunda Khadijah -radhiyallahu 'anha;
"Allah tidak akan menghinakan Engkau, Kau menyambung silaturahim, membawa beban manusia lainnya, memberi makan pada yang papa, menghormati tamu, menolong, dan menegakkan kebenaran."


bahkan, hingga perpisahan oleh takdirNya telah terlewati oleh masa,
dikenangnyalah sang cinta dengan untaian kata yang menyejarah,
dari lisan Rasulullah -Shallalahu alaihi wa sallam;
"Khadijah, ia beriman saat yang lain mengingkari, ia membenarkan saat yang lain menganggapku dusta, ia memberikan harta saat yang lain menahannya, dan lewatnya terkaruniakanlah ananda dan tidak dari yang lainnya..."

maka kepadamu, Cinta
semoga jejak itu tidak hanya sekedar menjadi bayang
namun juga tapak yang kita ikuti dengan langkah
layaknya cinta yang dimulai dengan indah
terlalui dengan ridhaNya
lalu dikenang dengan sebentuk rasa; rindu yang membuncah
(Desember 23 '11)



kado pernikahan walaupun sudah telat
untuk Kak Yenni, kakanda seperjuangan yang bersiap-siaga di garda terdepan :)
barakallahu laka wa baraka alaika wa jama'a bainakuma fii khair...
*kayaknya beberapa saat kedepan bakal sering ngado puisi macam ini, deh :p

Minggu, 18 Desember 2011

seharusnya sajak ini berjudul rindu


bahkan hujan pun selalu permisi sebelum datang
dengan langit gelap dan awan yang memberat
lalu mengapa kau begitu tiba-tiba?
menelusup masuk tanpa kata-kata

hey kau yang melebamkan biru,
di sebuah malam yang menyudut ke tengahnya
membawa pikir kepada masa-masa yang telah terlewat
lalu mewarnainya dengan tiap simfoni yang senada
adakah rindu yang terencana?

lalu aku mulai berpikir bahwa detik ini pun
bahwa cerita tentang semua ini pun
yang indah atau yang tidak
kelak akan menjadi masa lalu
dan lalu,
kita rindu

aku membayang
bahkan pada setiap takdir yang tidak begitu kita ingin
nanti,
pun akan kita rasakan yang terasa kini
seperti semacam rasa yang datang menumpuk-numpuk
pada sebuah sajak berjudul rindu

(December, 18 '11)
saat tiba-tiba rindu pada banyak hal :')
gambar: devianart.com

Selasa, 06 Desember 2011

dia menunggu terlalu lama

kau berkenyit
sekali lagi menjadi saksi sekuntum bunga yang terpetik oleh tangan yang tidak tepat
lalu kau memandang tajam pada sang bunga
seolah menyergapnya dengan sejuta kekata
"mengapa tidak dapat lebih bersabar sedikit saja.."

tapi tahukah kau?
bahwa terkadang ada masa dimana tidak ada lagi pilihan
hingga akhirnya harus menganggap bahwa yang terjadi memang adalah takdir yang telah digariskan
maka berhentilah memandang seperti itu

sekuntum bunga itu memang tidak akan pernah menyalahkanmu
tapi kau seharusnya tahu
bahwa padamu
dia telah menunggu terlalu lama
hingga akhirnya luka
hingga seolah akan gugur saja
hingga terpetik oleh tangan yang kau anggap salah
entahlah
(December, 6 '11)

gambar:devianart.com