Rabu, 25 Agustus 2010

Sebenarnya, Aku Hanya Rindu


pada sebuah perjumpaan hangat di pagi hari
saat sinaran mentari menemani langkah cepat kita
menapaki satu demi satu anak tangga
sedikit terengah melepaskan tali sepatu dengan sekali hentakan
lalu berlari dengan senyum yang telah siap di sunggingkan
"assalamu alaikum, saudariku!"

aku hanya rindu
untuk duduk-duduk di beranda
menatap sepotong langit biru
di kali lain ia terlihat kelam
lalu kita ulurkan tangan
menyambut bulir-bulir hujan yang turun satu-satu
yang lain tetap duduk beralas sarung kotak-kotak
selanjutnya ia memanggil,
"majelisnya akan dimulai sebentar lagi!"

aku hanya rindu
menarikan jemari pada selembar kain pemisah berwarna biru
terbentang dengan teguh
bersama lemari kayu
bersama lipatan mukenah itu
bersama lantai-lantai yang sejuk
sang hijab menjadi saksi
dulu kita berkumpul di sana
kini kita berkunjung kembali
suatu saat,
di tempat yang lebih baik kita bertemu lagi.
(Agustus, 26 '10))

Minggu, 22 Agustus 2010

ada yang sedang jatuh cinta


di sudut sana
ada yang sedang jatuh cinta
memancar-mancar benderang dari tutur katanya
terlihat dengan jelas lewat goresan pena

sementara itu
hati yang lainnya telah lama jatuhnya
sekarang,
ia memilih untuk diam dan menyimpannya hingga tak ada yang mampu mengendus
sesekali ia bisikkan pada kata-kata
kata-kata bersembunyi dalam rangkaian sajak
sementara sajak terlalu sejati untuk berdusta
disimpannya semua rahasia
disimpannya semua rasa

di sudut sana
ada yang sedang jatuh cinta
dik, kemari sebentar
kunasihatkan untuk tak terlalu lama berdiam di sana
sebab kata orang
yang kau alami memang bukanlah jatuh yang sakit rasanya
tapi bagaimanapun ia,
di dunia ini tak ada yang abadi, bukan?
(Agustus, 22 ’10)