di sini kami tidak mengenal malam dan siang
juga tidak percaya adanya matahari
kami tidak perlu meriuhkan pergantian tahun
atau penantian rembulan untuk terbit lagi
di sini hening menyelimuti dari riak ombak
lebih baik daripada hati yang sepi
dalam hingar bingar yang ramai
para terumbu adalah saksi bisu
seseorang perlu diajari untuk menjadi manusia terlebih dahulu
kami tidak tahu tentang hujan
atau angin kencang
seperti kami tidak peduli
pada caci maki dan kata dusta
ada yang datang menengok pada kami
ia membawa sebongkah hati yang telah mati
katanya, kenangan tentang musim semi telah menciderainya
sementara ia
terlampau perih untuk melangkah lagi
Makassar, 20 November 2013
Saya yang selalu kesulitan untuk memulai pembicaraan, kemudian menemukan puisi sebagai kawan yang begitu baik. Yang dapat menjaga rahasia dengan apik.Yang dapat dengan sabar mendengarkan, tidak menyela dengan interupsi, tanpa pernah bertanya ‘Mengapa?’ Nikmatilah! Bukankah hidup ini adalah puisi yang indah?
Rabu, 20 November 2013
Sabtu, 09 November 2013
pandanglah bulan
berdiri di sisi jendela
dan malam terlampau temaram,
seperti bagaimana ia seharusnya
maka pandanglah bulan
entah ia sabit atau purnama
dari sini, dari satu arah yang sama
kita menikmati sinarnya yang terengah untuk singgah
kita memindainya sebagai pemadangan alam
di setiap malam
memandang bulan tanpa perlu berpikir untuk menyentuhnya
tanpa pernah tahu kasar dari permukaannya
atau langkah yang tidak akan menjejak padanya
tidak mengapa, sebab meski diusir cahaya
ia akan terbit kembali di esok malam
untuk kau pandang
untuk kau tatap dengan hati saja
hingga tak perlu beranjak kemana-mana
hingga tak perlu berlari tergesa-gesa
hingga tirai tertutup
tapi layar tersibak
kenyataannya, bulan tidak seindah yang kita kira
tapi tak mengapa,
bukankah kenangan tidak akan pernah berubah?
Kamar Indy, 9 November 2013
dan malam terlampau temaram,
seperti bagaimana ia seharusnya
maka pandanglah bulan
entah ia sabit atau purnama
dari sini, dari satu arah yang sama
kita menikmati sinarnya yang terengah untuk singgah
kita memindainya sebagai pemadangan alam
di setiap malam
memandang bulan tanpa perlu berpikir untuk menyentuhnya
tanpa pernah tahu kasar dari permukaannya
atau langkah yang tidak akan menjejak padanya
tidak mengapa, sebab meski diusir cahaya
ia akan terbit kembali di esok malam
untuk kau pandang
untuk kau tatap dengan hati saja
hingga tak perlu beranjak kemana-mana
hingga tak perlu berlari tergesa-gesa
hingga tirai tertutup
tapi layar tersibak
kenyataannya, bulan tidak seindah yang kita kira
tapi tak mengapa,
bukankah kenangan tidak akan pernah berubah?
Kamar Indy, 9 November 2013
Langganan:
Postingan (Atom)