pic by Rifa'ah; menara masjid kampus UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang
Atas izin Allah, diantarkanlah kita ke jalan penuh cahaya ini
Atas izinNya pula, kita tetap bertahan dengan segala keterbatasan, segala episode jatuh dan tersandung yang mungkin sering; jika pun tidak terlihat secara zhahir, mungkin ia memang tersembunyi di dalam bathin
Jika saja kita ingin jujur
Telah berapa keluh yang kita rasai pahitnya sendiri, saat kembali kita peroleh onak dan duri yang sebenarnya telah kita pahami sejak awal berada di sini.
Ya, orang-orang bertanya; apa yang kita cari?
Menyusuri jalanan panas, kadang pula hujan, ataukah dengan semua urusan pribadi yang menghalang. Apa yang kita cari?
Kita berpayah-payah untuk datang, menemui mereka yang bahkan mungkin baru saja kita kenal, sama sekali tidak ada hubungan darah, bahkan pun harus setengah mati kita dudukkan
Kita membagi ilmu yang hanya secuil ini
Kita membagi kata ‘tidak tahu’ pada tiap tanya yang belum kita ilmui
Kita tinggalkan sejenak segala ego, dalam keadaan lapang, dan semoga pula meski kita sedang sempit
Tapi, apa sebenarnya yang kita dapatkan?
Bukankah tidak ada rupiah yang dijanjikan?
Bukankah tidak ada ketenaran yang diberikan?
Tidak pula sanjung puji apalagi jabatan...
Sementara, terkadang jalan ini begitu berat dan melelahkan. Belum lagi dengan segala godaan untuk meninggalkannya, dan beribu-ribu alasan yang mungkin dapat dengan fasih kita lontarkan.
Tapi... Bukankah dalam lingkaran kecil itu pula kita menggelar taman-taman syurga?
Menatapi mata-mata penuh ingin tahu itu, mengajarkan mereka tentang Rabbnya, Rasulnya, dan Agamanya... Lalu membuat mereka jatuh cinta pada jalan yang sama
Memang, tidak ada rumah mewah yang telah dijaminkan, namun darinya, kita berharap, di tempat yang lebih indah kelak kita akan dikumpulkan, di jannahNya yang kita rindukan...
Meski tak pernah nampak kita saksikan dengan nyata, bukankah kita pun yakin, ada doa-doa dari penduduk langit dan bumi, ada pengampunan dosa yang dijanjikan dalam tiap detik kebersamaan itu. Kelak, ia mungkin akan membayar setiap peluh dan air mata yang pernah kita teteskan.. Semoga, ukhti...
Maka setiap kita bacakan doa memulai majelis itu... Semoga kita maknai kembali setiap untai syukur kita kepada Allah, ketidakmampuan kita tanpa pertolonganNya, dan betapa butuh kita pada ampunanNya. Betapa banyak kejahatan diri dan keburukan amal-amal kita. Dan bahwa hanya atas petunjukNya-lah setiap jiwa akan peroleh cahaya.
Dalam setiap detik keberlangsungan taman syurga itu, hati kita gerimis dan diterjang rindu, pada sosok murabbi pertama; Rasulullah Shallalahu 'alaihi wasallam. Dituntunnya tiap hati yang ada dalam majelisnya. Dengan ayat-ayat Allah, dengan ilmuNya yang seluas samudra, dan juga dengan penyucian jiwa. Kita tentu rindu, ingin pula berada di majelis itu. Maka kini kita menapak tilas fragmennya dalam langkah kita yang sederhana. Semoga dengannya Allah berikan berkah...
Itulah murabbi sejati...
Yang mengendap bersuci di malam yang sepi
Saat manusia lainnya tidur nyenyak dalam selimut nyamannya
Ia menyungkur sujud kepada Rabbnya
Agar terlimpah cahaya bagi jiwa yang ia bina
Agar dirinya tidak menjadi penyebab dihalanginya hidayah
Maka jika terbersit lagi tanya; untuk apa kita bertahan?
Cukuplah Allah yang memberi balasan
Cukuplah Allah yang menjadi alasan
untuk semua murabbiyahku, yang menapaki ribuan langkah; tak lelah, tak jemu, sampaikan firman Allah.