di sini kami tidak mengenal malam dan siang
juga tidak percaya adanya matahari
kami tidak perlu meriuhkan pergantian tahun
atau penantian rembulan untuk terbit lagi
di sini hening menyelimuti dari riak ombak
lebih baik daripada hati yang sepi
dalam hingar bingar yang ramai
para terumbu adalah saksi bisu
seseorang perlu diajari untuk menjadi manusia terlebih dahulu
kami tidak tahu tentang hujan
atau angin kencang
seperti kami tidak peduli
pada caci maki dan kata dusta
ada yang datang menengok pada kami
ia membawa sebongkah hati yang telah mati
katanya, kenangan tentang musim semi telah menciderainya
sementara ia
terlampau perih untuk melangkah lagi
Makassar, 20 November 2013
Saya yang selalu kesulitan untuk memulai pembicaraan, kemudian menemukan puisi sebagai kawan yang begitu baik. Yang dapat menjaga rahasia dengan apik.Yang dapat dengan sabar mendengarkan, tidak menyela dengan interupsi, tanpa pernah bertanya ‘Mengapa?’ Nikmatilah! Bukankah hidup ini adalah puisi yang indah?
Rabu, 20 November 2013
Sabtu, 09 November 2013
pandanglah bulan
berdiri di sisi jendela
dan malam terlampau temaram,
seperti bagaimana ia seharusnya
maka pandanglah bulan
entah ia sabit atau purnama
dari sini, dari satu arah yang sama
kita menikmati sinarnya yang terengah untuk singgah
kita memindainya sebagai pemadangan alam
di setiap malam
memandang bulan tanpa perlu berpikir untuk menyentuhnya
tanpa pernah tahu kasar dari permukaannya
atau langkah yang tidak akan menjejak padanya
tidak mengapa, sebab meski diusir cahaya
ia akan terbit kembali di esok malam
untuk kau pandang
untuk kau tatap dengan hati saja
hingga tak perlu beranjak kemana-mana
hingga tak perlu berlari tergesa-gesa
hingga tirai tertutup
tapi layar tersibak
kenyataannya, bulan tidak seindah yang kita kira
tapi tak mengapa,
bukankah kenangan tidak akan pernah berubah?
Kamar Indy, 9 November 2013
dan malam terlampau temaram,
seperti bagaimana ia seharusnya
maka pandanglah bulan
entah ia sabit atau purnama
dari sini, dari satu arah yang sama
kita menikmati sinarnya yang terengah untuk singgah
kita memindainya sebagai pemadangan alam
di setiap malam
memandang bulan tanpa perlu berpikir untuk menyentuhnya
tanpa pernah tahu kasar dari permukaannya
atau langkah yang tidak akan menjejak padanya
tidak mengapa, sebab meski diusir cahaya
ia akan terbit kembali di esok malam
untuk kau pandang
untuk kau tatap dengan hati saja
hingga tak perlu beranjak kemana-mana
hingga tak perlu berlari tergesa-gesa
hingga tirai tertutup
tapi layar tersibak
kenyataannya, bulan tidak seindah yang kita kira
tapi tak mengapa,
bukankah kenangan tidak akan pernah berubah?
Kamar Indy, 9 November 2013
Kamis, 26 September 2013
cerita langit
di sini selalu hening
bulan sabit merindukan matahari yang senantiasa purnama
mereka tidak pernah berjumpa
tapi sepertinya saling tahu
dari kabar-kabar cahaya
bintang-bintang mungkin terlalu terlambat menyampaikan pesan
cahayanya baru kita terima bertahun kemudian
ia tidak pernah menyerah
baginya, sia-sia adalah
saat tak pernah berbuat apa-apa
sementara matahari selalu tahu
hanya sebab sinarnya saja ia dikenang
tapi haluslah dirinya
sebab,
bahkan meski awan menghalangnya di suatu siang
ia tetap paham betul
suatu waktu terik harus berlalu
ada yang sedang memerlukan teduh
bahkan meski ia tak lagi nampak
sebab mendung sedemikian kelabu
ia masih saja terus percaya
seseorang sedang duduk di beranda
menunggu hujan yang menemaninya memintal masa lalu
Makassar, 26 September 2013
bulan sabit merindukan matahari yang senantiasa purnama
mereka tidak pernah berjumpa
tapi sepertinya saling tahu
dari kabar-kabar cahaya
bintang-bintang mungkin terlalu terlambat menyampaikan pesan
cahayanya baru kita terima bertahun kemudian
ia tidak pernah menyerah
baginya, sia-sia adalah
saat tak pernah berbuat apa-apa
sementara matahari selalu tahu
hanya sebab sinarnya saja ia dikenang
tapi haluslah dirinya
sebab,
bahkan meski awan menghalangnya di suatu siang
ia tetap paham betul
suatu waktu terik harus berlalu
ada yang sedang memerlukan teduh
bahkan meski ia tak lagi nampak
sebab mendung sedemikian kelabu
ia masih saja terus percaya
seseorang sedang duduk di beranda
menunggu hujan yang menemaninya memintal masa lalu
Makassar, 26 September 2013
Kamis, 12 September 2013
kulihat cahaya
saat tengok ke luar jendela
sementara tahun-tahun yang terlewat dengan hal yang sama
di setiap masa itu,
tak satupun yang tahu
betapa butanya aku
lalu kini,
saat bola mata mengerjap pada sinar bintang
aku di sini,
tiba-tiba menyaksikannya
dari sini, begitu jelas;
inilah
takdirku
ada hari dimana kita mengejar mimpi
namun masa itu nyatanya hanyalah kabur
saat tak satupun yang terlihat sebenar-benarnya
sebagaimana segala yang seharusnya
kini, kau bersinar bersama gemintang
tiba-tiba aku pun menemukan;
saat kau di sini, segalanya nampak nyata
saat aku percaya;
inilah takdirku.
pic by Tofu-miso |
dan pada akhirnya kulihat cahaya
seolah setiap kabut telah tersingkap
akhirnya kulihat cahaya
saat langit nampak berbeda
disana hangat, disana nyata, disana sinaran
dan bumi pun bergerak
saat segalanya terlihat berbeda;
aku melihatmu
ya, kini,
aku melihatmu
Makassar, 12 September 2013
*) terjemah bebas dari syair 'I see the Light'- Tangled
Jumat, 06 September 2013
sajak tembok apotek
kami tidak
pernah berani
menyisipkan
nyawa diantara serbuk pil, tablet, atau sirup obat batuk
mereka telah
mati lebih dahulu
digerus
lumpang yang mendekam di lemari kaca
blender yang
mendesis sepanjang hari, menertawainya
kami tidak
pernah belajar membaca atau berlatih bahasa
(cakar-cakar,
atau ulat-ulat yang menari-nari memang bukan untuk dibaca, bukan?)
lembaran
resep itu adalah surat cinta
yang kami
mengerti tanpa perlu belajar mengeja
para dokter
meminta kami mengambil obat dalam bungkusan plastik
kami tahu
perlu memberikan doa dalam senyap yang terbetik
dalam senyum
yang dikira tidak penting untuk dibalas itu
dalam terima
kasih yang disangka basa-basi
kalian kira
telah berhasil membeli bugar dan bahagia dengan datang kepada kami?
tidak,
Tuhan-lah yang telah memberinya
atau
menahannya
bahkan tanpa
perlu kalian minta.
Makassar, Agustus 2013
Rabu, 04 September 2013
titip salam
by Jimothy |
langit
menitipkan salamnya untuk tanah lewat hujan
senja, telah
dititipi salam oleh siang kepada malam
sementara
malam, meminta fajar untuk sampaikan salamnya
kepada pagi
by Liajedi |
kepompong
dititipi salam dari ulat kepada kupu-kupu
angin yang
berhembus membawa salam tangkai-tangkai dandelion kepada tanah baru
tempat
benihnya akan tumbuh
by Andokadesbois |
tangkai-tangkai
pohon
juga rupanya
rindu pada rerumput
mereka
menitip salam lewat daunnya yang gugur
by Augenweide |
selengkung
sabit itu, adalah salam yang tertitip dari bulan baru kepada purnama penuh
bintang
gemintang riuh, mengingatkannya selalu
tahukah kau?
by Leonn |
sementara puisi ini
adalah
titipan
salamku
untukmu
Makassar, Agustus 2013
Selasa, 13 Agustus 2013
ini hati
ada segaris larik pada langit
mencipta baris-baris
kau melihatnya
aku melihatnya
kau tahu, tidak satupun dari kita yang berada di atasnya
kau kira ada tembok yang membatasi cahaya
kau kira terlalu terang benderang bersinar
kau takutkah akan turut terbakar?
itu laut yang luas
pun tetap akan ada dasarnya
seperti karang yang juga akan pecah
suatu saat jika tiba saatnya
siapa yang salah jika ia dibiarkan begitu saja?
maka kuberi tahu,
ini hati,
bukan tercipta dari besi
kau kira ia tak letih?
Makassar, 13 Agustus 2014
mencipta baris-baris
kau melihatnya
aku melihatnya
kau tahu, tidak satupun dari kita yang berada di atasnya
kau kira ada tembok yang membatasi cahaya
kau kira terlalu terang benderang bersinar
kau takutkah akan turut terbakar?
itu laut yang luas
pun tetap akan ada dasarnya
seperti karang yang juga akan pecah
suatu saat jika tiba saatnya
siapa yang salah jika ia dibiarkan begitu saja?
maka kuberi tahu,
ini hati,
bukan tercipta dari besi
kau kira ia tak letih?
Makassar, 13 Agustus 2014
Kamis, 08 Agustus 2013
Selamat Idul Fitri 1434 H
Ibu gadis kecil yang cantik ini berbaik hati membagi satu bagian dari shaf shalat yang masih renggang kepada saya | :) |
Hilal telah terlihat. Semesta tuntas memperlihatkan peralihan waktu. Ramadhan berlalu. Syawwal menjelang. Momen lebaran kembali datang. Lebaran adalah saat dimana kita dapat melihat dengan jelas limpahan nikmat yang terkaruniakan. Berkumpul dengan sanak keluarga semoga bukan hanya menjadi tren atau ajang pamer baju baru saja. Lebih dari itu, lebaran adalah konsolidasi besar, sekali setahun, untuk saling bertukar kabar, bertatap wajah, dan mensyukuri, betapa besar nikmat berupa berkumpulnya kita secara lengkap.
Lebaran adalah saat yeng tepat, mengingati kembali saudara-saudara kita di segala pejuru. Mereka, mungkin tidak akan pernah bertemu dengan kita, bahkan hingga kita mati. Tapi oleh keimanan, oleh kalimat tauhid, kita telah dipersaudarakan. Oleh Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa sallam, kita bahkan dianalogikan sebagai satu tubuh. Satu bagian sakit, maka sakit pula bagian yang lain.
Jika di lebaran kali ini, kita merasai nikmat tak terkira, maka ingatlah saudara kita di sana; Palestina, Suriah, Myanmar, Mesir, dan berbagai tempat lainnya. Dapatilah bahwa memang diri kita ini lemah, maka tidak ditimpakan kepada kita ujian yang seberat mereka. Jasad kita tak jumpa, namun doa kita dapat menjadi satu hal yang semoga membuktikan jalinan persaudaraan antara kita. Ingatlah mereka.
Lebaran adalah momentum kita memulai kembali hari yang baru. Kawan kita yang amat baik itu, Ramadhan, telah membersamai dalam sebulan penuh. Kemuliaannya telah melembutkan hati kita. Semoga kelembutannya dapat terus kita pelihara. Hingga kita kembali diperjumpakan dengannya.
Mari saling mendoakan, dengan ucapan yang mulia itu; TAQABBALALLAHU MINNA WA MINKUM. Selamat hari raya Idul Fitri 1434 H. Lebaran kita! ^_^
Makassar, 1 Syawwal 1434 H
Rabu, 17 Juli 2013
Seikat Sajak yang Berhamburan
Teruntuk; Kamu,
yang mencintai kata-kata indah
Alhamdulillah,
16 Juli 2013
Seikat Sajak yang Berhamburan
Sehimpun Puisi Arrifa'ahPenerbit: DapurBuku
ISBN: 978-602-1615-02-7
mengikat:
hening, teduh, biru, kelam, dan hari-hari cahaya
hingga pada akhirnya kita mengerti
mengapa masih saja memetik puisi
yang tumbuh berkuntum-kuntum itu
hanya sekadar untuk mempersiapkan diri
untuk masa dimana bertemu dia
puisi yang disiapkanNya
untukmu saja
*mau pesan? klik disini
Kamis, 20 Juni 2013
tiga pasang kita
ketiga pasang kita
berhutang pada kata-kata
juga udara
dan langit yang mengantarkan pesan mereka
satu.
mereka dipertemukan oleh masa lalu
dan dipersamakan oleh ruang-ruang hening
yang riuh
seriuh perasaan yang tersampaikan lamat-lamat
dan hati yang menangkapnya cepat-cepat
tapi tak ada lengkung pelangi di sana
serupa aliran sungai yang mengalir begitu saja
tak pula tahu dimana letak muara
tapi ah,
bukankah waktu dapat berbuat apa saja?
dua.
mereka berjumpa pada suatu fragmen
pada dua purnama yang ditatap bersama-sama
dan sederet cerita yang tertuliskan
dengan senyuman pada setiap sudutnya
lalu sebenarnya hembusan angin telah menjalankan tugasnya
dengan baik sekali
menyampaikan tiap rangkaian huruf yang jelas makna
meski, tanpa nama
tanpa alamat tujuan
dan mereka saling membacanya
sayang,
masih dengan tanda tanya
hey, apakah aku tidak lupa sampaikan pada kalian,
bagaimana cahaya selalu berhasil menjadi penunjuk jalan?
tiga.
mereka mungkin terlalu sering bertukar sapa
tanpa pernah saling menatap pada bola mata
hingga kata-kata kehilangan rasanya
dan mereka, terlampau berani bersembunyi
pada tiap sudut huruf
dan kelam malam yang pendiam
saling menerka-nerka dengan ejaan yang tak tuntas
saling berjanji untuk berjumpa
pada sebuah pertemuan yang dinantikan
lihatlah,
bahkan langit pun turut penasaran bersama kalian.
ketiga pasang kita
masih saja menyimpan rasa
maka pada tiap detak detik masa
kita menunggu kelanjutan kisahnya.
Makassar, 20 Juni 2013
berhutang pada kata-kata
juga udara
dan langit yang mengantarkan pesan mereka
satu.
mereka dipertemukan oleh masa lalu
dan dipersamakan oleh ruang-ruang hening
yang riuh
seriuh perasaan yang tersampaikan lamat-lamat
dan hati yang menangkapnya cepat-cepat
tapi tak ada lengkung pelangi di sana
serupa aliran sungai yang mengalir begitu saja
tak pula tahu dimana letak muara
tapi ah,
bukankah waktu dapat berbuat apa saja?
dua.
mereka berjumpa pada suatu fragmen
pada dua purnama yang ditatap bersama-sama
dan sederet cerita yang tertuliskan
dengan senyuman pada setiap sudutnya
lalu sebenarnya hembusan angin telah menjalankan tugasnya
dengan baik sekali
menyampaikan tiap rangkaian huruf yang jelas makna
meski, tanpa nama
tanpa alamat tujuan
dan mereka saling membacanya
sayang,
masih dengan tanda tanya
hey, apakah aku tidak lupa sampaikan pada kalian,
bagaimana cahaya selalu berhasil menjadi penunjuk jalan?
tiga.
mereka mungkin terlalu sering bertukar sapa
tanpa pernah saling menatap pada bola mata
hingga kata-kata kehilangan rasanya
dan mereka, terlampau berani bersembunyi
pada tiap sudut huruf
dan kelam malam yang pendiam
saling menerka-nerka dengan ejaan yang tak tuntas
saling berjanji untuk berjumpa
pada sebuah pertemuan yang dinantikan
lihatlah,
bahkan langit pun turut penasaran bersama kalian.
ketiga pasang kita
masih saja menyimpan rasa
maka pada tiap detak detik masa
kita menunggu kelanjutan kisahnya.
Makassar, 20 Juni 2013
Sabtu, 01 Juni 2013
kadang kita tidak butuh kata
kadang kita memang tidak butuh kata
cukup hening saja
serupa ibunda yang menjaga hingga terlelap
tanpa harus memaksa hadir dalam mimpi kita
kadang bahkan senyuman pun telah cukup
saat kita memintal keyakinan
pada pertemuan yang mungkin
atau yang tidak mungkin
kadang hujan menghadirkan pelangi
yang kita pilih biru-nya
untuk dimasukkan ke dalam saku
dan membasuh air mata yang jatuh
tapi kadang warna-warni itu tidak hadir
tak mengapa, sebab rerintik telah buat kita melangitkan doa
kadang kata hanya menyamarkan kita
yang jadi sibuk menebak makna
lalu tidak merasa cukup dengan menikmatinya saja
maka kadang, kita tidak butuh lagi kata
saat hidup ini telah menjelma puisi
yang tak pernah akan habis
untuk kita eja.
Makassar, 1 Juni 2013
Menandai 22 Rajab 1434 H
Saat kata 'ukhuwah' menjadi cukup di dalam dada - untuk kita wujudkan, dan kita kenang
Selamat berjuang, IPMI!
cukup hening saja
serupa ibunda yang menjaga hingga terlelap
tanpa harus memaksa hadir dalam mimpi kita
kadang bahkan senyuman pun telah cukup
saat kita memintal keyakinan
pada pertemuan yang mungkin
atau yang tidak mungkin
kadang hujan menghadirkan pelangi
yang kita pilih biru-nya
untuk dimasukkan ke dalam saku
dan membasuh air mata yang jatuh
tapi kadang warna-warni itu tidak hadir
tak mengapa, sebab rerintik telah buat kita melangitkan doa
kadang kata hanya menyamarkan kita
yang jadi sibuk menebak makna
lalu tidak merasa cukup dengan menikmatinya saja
maka kadang, kita tidak butuh lagi kata
saat hidup ini telah menjelma puisi
yang tak pernah akan habis
untuk kita eja.
Makassar, 1 Juni 2013
Menandai 22 Rajab 1434 H
Saat kata 'ukhuwah' menjadi cukup di dalam dada - untuk kita wujudkan, dan kita kenang
Selamat berjuang, IPMI!
Senin, 20 Mei 2013
doa dan laut
hingga begitu jauh jarak yang harus terlewat
saat ia mencari-cari jawaban
mengapa masih harus ada laut,
sementara telah hadir langit
dengan biru yang tak terbatas?
lalu pada satu titik ia akhirnya temukan
tentang luasnya laut yang tak berbilang itu
deburannya yang seolah seirama itu
dan beningnya yang menjelma biru itu:
adalah semburat doa
dalam hening yang tak putus-putus
maka tahukah kau apa balasan yang terbaik untuknya?
itulah doa yang serupa
yang dipanjatkan langsung oleh para malaikat
di langit menuju Makassar,
19 Mei 2013
| doa malaikat itu serupa doaku,
sepertinya akan terkabul lebih dahulu.
selamat! |
saat ia mencari-cari jawaban
mengapa masih harus ada laut,
sementara telah hadir langit
dengan biru yang tak terbatas?
lalu pada satu titik ia akhirnya temukan
tentang luasnya laut yang tak berbilang itu
deburannya yang seolah seirama itu
dan beningnya yang menjelma biru itu:
adalah semburat doa
dalam hening yang tak putus-putus
maka tahukah kau apa balasan yang terbaik untuknya?
itulah doa yang serupa
yang dipanjatkan langsung oleh para malaikat
di langit menuju Makassar,
19 Mei 2013
| doa malaikat itu serupa doaku,
sepertinya akan terkabul lebih dahulu.
selamat! |
Senin, 13 Mei 2013
dialah itu
disuatu waktu
kau menatap mataku dengan matamu yang berkaca
katamu,
kau merasa dia telah begitu dekat
lalu tiba-tiba begitu ingin kau berjumpa
dengan Tuhan yang kau ibadahi di sepanjang usia
diwaktu yang lain
aku pun merasa akan bertemu dengannya
seolah tinggal menunggu kendaraan yang mana akan membawa
lalu teringat pada seikat puisi
yang akan dijadikan wasiat nanti
dialah itu
sebuah garis, pendek saja
namun akan memotong mimpi-mimpimu yang panjang
yang kau terbangkan ke langit dan tersangkut pada awan
kemudian jatuh ke tanah bersama hujan
dialah itu maut,
yang dengan sesuatu yang kita sebut hidup,
nyatanya hanya berjarak
satu tarikan napas
Makassar, 13 Mei 2013
kau menatap mataku dengan matamu yang berkaca
katamu,
kau merasa dia telah begitu dekat
lalu tiba-tiba begitu ingin kau berjumpa
dengan Tuhan yang kau ibadahi di sepanjang usia
diwaktu yang lain
aku pun merasa akan bertemu dengannya
seolah tinggal menunggu kendaraan yang mana akan membawa
lalu teringat pada seikat puisi
yang akan dijadikan wasiat nanti
dialah itu
sebuah garis, pendek saja
namun akan memotong mimpi-mimpimu yang panjang
yang kau terbangkan ke langit dan tersangkut pada awan
kemudian jatuh ke tanah bersama hujan
dialah itu maut,
yang dengan sesuatu yang kita sebut hidup,
nyatanya hanya berjarak
satu tarikan napas
Makassar, 13 Mei 2013
Rabu, 01 Mei 2013
puisi menemukan diri
matanya menatap jauh ke luar jendela, jauh sekali.
"kau sedang melihat apa, nak?"
"langit, bu."
--------------------------------------------------------------------------------
puisi akan menemukan dirinya sendiri
pada sedih yang tersembunyi
dan kau punggungi
kau tutupi
dan yang kau sebutkan dengan terang-terangan
dengan sendu yang berlinang-linang
bulan yang memutihkan langit
di pertengahan perjalanan
nyatanya tidak mampu mengubah malam menjadi siang
seperti hidup yang ternyata tidak semudah menggubah sajak
dan menentukan rima
dan kata-kata
doamu;
adalah nanti berkumpul lagi
pada sebuah tempat
dimana tidak akan ada lagi air mata
maka berhentilah mengasihaninya,
dia sedang mengejar surga
Makassar, 1 Mei 2013
"kau sedang melihat apa, nak?"
"langit, bu."
--------------------------------------------------------------------------------
"langit, bu" |
puisi akan menemukan dirinya sendiri
pada sedih yang tersembunyi
dan kau punggungi
kau tutupi
dan yang kau sebutkan dengan terang-terangan
dengan sendu yang berlinang-linang
bulan yang memutihkan langit
di pertengahan perjalanan
nyatanya tidak mampu mengubah malam menjadi siang
seperti hidup yang ternyata tidak semudah menggubah sajak
dan menentukan rima
dan kata-kata
doamu;
adalah nanti berkumpul lagi
pada sebuah tempat
dimana tidak akan ada lagi air mata
maka berhentilah mengasihaninya,
dia sedang mengejar surga
Makassar, 1 Mei 2013
Minggu, 07 April 2013
satu lagi, hujan
hujan jatuh
rintik-rintik
menulis sajak pada tanah kering
yang menjadi basah dengan puitis
rintik-rintik
menulis sajak pada tanah kering
yang menjadi basah dengan puitis
Minggu, 24 Maret 2013
kenangan
wajahmu yang pura-pura tersenyum
langit yang pura-pura tersenyum
rembulan yang jatuh di pelupuk matamu
dan matahari; padam diam-diam
bolehkah suatu saat
kita berjanji untuk menjenguk kenangan?
Makassar, 25 Maret 2013
dengan kepala yang masih terngiang hingar-bingar perhelatan TERAS2013
kata Putri Cahaya; Keep moving forward!
kata saya; yes, i will :)
langit yang pura-pura tersenyum
rembulan yang jatuh di pelupuk matamu
dan matahari; padam diam-diam
devianart.com |
bolehkah suatu saat
kita berjanji untuk menjenguk kenangan?
Makassar, 25 Maret 2013
dengan kepala yang masih terngiang hingar-bingar perhelatan TERAS2013
kata Putri Cahaya; Keep moving forward!
kata saya; yes, i will :)
Rabu, 06 Maret 2013
ketika penulis jatuh cinta
Cinta adalah keyakinan, seperti
Ibrahim yang dibakar api, dan terus lanjutkan dzikir, hingga terkisahlah
mukjizat itu; api yang tak membakar
Cinta adalah kepercayaan, seperti
Hajar yang rela ditinggal di tengah gurun, cukuplah ia berucap, “Jika ini kehendak Allah, maka Ia tidak akan
menyia-nyiakan kami”
Cinta adalah kepatuhan, seperti
Ismail yang rela disembelih, lewati ujian keimanan yang begitu beratnya, maka
termasuklah ia hamba yang bersabar
Cinta adalah kesepahaman, seperti
Khadijah yang tak perlu bertanya panjang, cukup menyelimuti dan memberikan
kehangatan, setelah wahyu pertama kali diturunkan. “Allah tidak akan menghinakanmu..”
Cinta adalah pengharapan,
layaknya Rasulullah yang tak rela penduduk Thaif diadzab dengan gunung yang
menimpa, seraya berujar, “Justru aku
berharap, kelak akan ada generasi dari sulbi mereka yang tidak akan
menyekutukan Allah!”
Cinta adalah kebahagiaan, seperti
Aisyah dan Rasululullah yang berlomba lari, di suatu saat Aisyah yang menang,
di kala yang lain Rasulullah mengalahkan.
Cinta adalah kerelaan, layaknya
Salman yang memberikan mahar dan persiapan walimah, kepada Abu Dzar yang
ternyata lebih dipilih oleh wanita yang ia pinang
Cinta adalah keteguhan, seperti
Bilal yang bertahan dengan “Ahad!” meski
cambuk dan dera menyiksa diatas tanah panas yang melelehkan.
Cinta adalah ketenangan, saat
keduanya dalam gua, lalu Rasulullah berucap pada Abu Bakar, “Janganlah bersedih, sebab Allah bersama kita”
Cinta adalah kebeningan, saat
Rasulullah wafat, Abu Bakar yang paling dicintainya yang pertama kali tersadar,
“Barangsiapa menyembah Muhammad maka
sungguh Muhammad telah wafat.” ucapnya, “Namun
siapa yang menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah kekal!”
Cinta adalah kesadaran, seperti
isak Umar saat melihat harta melimpah di masa kepemimpinannya, “Jika ini baik, mengapa tidak terjadi di
zaman Rasulullah dan Abu Bakar?”
Cinta adalah penerimaan, seperti
Nailah yang belia, menjadikan Utsman yang telah berusia senja sebagai
pendampingnya, sebab “Masa mudamu telah kau
habiskan bersama Rasulullah”
Cinta adalah pengorbanan, seperti
Ali yang sempat mengira Fatimah akan dinikahkan dengan Abu Bakar, “Aku mengutamakan Abu Bakar atas diriku, aku
utamakan Fatimah atas cintaku.”
Cinta adalah penjagaan, seperti
Fatimah yang menunggu saat yang tepat, dikala Ali telah halal baginya,“Dulu aku pernah cintai lelaki sebelum
menikahimu.” ucapnya, “Dialah kau.”
Cinta adalah karena Allah, saat
kau berucap dengan mata berkaca, “Bahkan
mungkin, aku lebih mencintai kalian diatas cinta pada saudara kandungku
sendiri”
Cinta adalah kesucian, tidak
dititipkan kecuali pada hati yang suci, dikokohkan dengan ikatan yang suci,
telah tertakdir, tepat pada waktunya. Tidak pernah terlalu cepat, pun tidak
akan datang terlambat.
Ketika penulis jatuh cinta, maka
ia tidak lagi butuh syair dan kata-kata indah. Sebab telah dapat ia buat
sendiri dengan jemarinya.
Saat penulis jatuh cinta, ia
pastikan tertulis dengan fokus yang tepat; “Aku
ingin jatuh cinta berkali-kali, terus seperti ini, dan tak akan pernah berubah.
Padamu saja.”
Makassar, 4 Maret 2013
Selasa, 26 Februari 2013
cahaya merah muda
bukan kau yang salah
jika datang dengan membawa warna merah muda dengan semburat cahaya
sementara aku ini biru bercampur kelabu
yang terkadang begitu dingin dan beku
tapi atas pertemuan kita
kau pun tahu, Allah tak pernah salah
maka kita melewati ini dengan berbagai cara
aku juga tidak begitu mengerti
mengapa denganmu saja,
bisa bercerita lepas
tertawa lepas
dan menjadi cerah meski jalan yang kita lalui terkadang begitu mendung
aku juga tidak begitu mengerti,
mengapa hanya padamu saja,
rasanya tidak begitu berat untuk melepaskan sesuatu
mungkin,
sebab memang Allah-lah yang menggenggam hati
maka saat malam itu kau membawa kabar
dan dapat kurasakan cahayamu semakin saja memerah muda
lalu diantara kata, kau bertanya;
sudah bolehkah aku jatuh cinta?
dengarlah ini,
kurasa ini belumlah saat yang tepat
tapi sekali lagi,
aku juga tidak begitu mengerti
mengapa menjadi begitu yakin
bahwa saat itu sepertinya tidak akan lama lagi
percayalah
sebab, aku selalu percaya padamu
Ruang kerja Bapak, selepas menitipkan surat cinta untuk Allah,
27 Februari 2013
untuk seseorang yang pasti tidak akan keberatan jika saya #nomention saja di puisi ini
eh, belum berapa lama kita tidak jumpa,
kenapa saya jadi begitu rindu bercakap-tertawa denganmu? :)
Sabtu, 09 Februari 2013
duhai Rasul
duhai Rasul,
sebentang jarak dan waktu memisah antara kami dengan dirimu
dalam malu dan ketidakpantasan
kami ingin sekali mengucap namamu dengan kata cinta
lalu mengikutkannya dengan salam keselamatan
pada tiap hela nafas kami yang tak panjang
kami mengulang cerita tentangmu, perjalananmu
tentang sosokmu yang terlahir yatim
dan sejuta pesona bahkan sebelum kau dirundung wahyu
tentang perutmu yang kau ganjal batu
tentang darahmu yang kau tahan agar tak jatuh
juga saat duka dan luka menggelayut bersama penolakan itu,
kau justru lirih berucap
semoga Allah mengampunkan, sebab mereka tak tahu
duhai Rasul,
kami menyusuri langkahmu, jejakmu
sosokmu yang gagah dan wajahmu yang mengalahkan purnama
seindah senyummu yang bercahaya
dan bilah tanganmu yang kau guna untuk turut kumpulkan kayu bakar
juga sujud-sujud panjangmu
dan kenangmu dalam haru dan rindu
pada ummat yang mencintamu bahkan sebelum pernah bertemu
duhai Rasul,
kami tahu
tidak akan mampu dapatkan syurga
hanya dengan puisi dan kata-kata indah
kecuali setelah kata terakhir itu,
penyairnya turut menerjemah sajak
dalam ketaatan yang banyak
kecuali setelah kata terakhir itu,
pembacanya ikut merapalkan syair
dalam permohonan ampun, taubat, dan inabah
duhai Rasul,
ajari kami cinta yang melintas jarak dan waktu
agar kami dapat membersamaimu
nanti,
dalam waktu-waktu tanpa jeda dan tanpa akhir
Makassar, 9 Februari 2013
untuk Adinda Khairunnisa Said ; telah tuntas janjiku, nah :)
sebentang jarak dan waktu memisah antara kami dengan dirimu
dalam malu dan ketidakpantasan
kami ingin sekali mengucap namamu dengan kata cinta
lalu mengikutkannya dengan salam keselamatan
pada tiap hela nafas kami yang tak panjang
kami mengulang cerita tentangmu, perjalananmu
tentang sosokmu yang terlahir yatim
dan sejuta pesona bahkan sebelum kau dirundung wahyu
tentang perutmu yang kau ganjal batu
tentang darahmu yang kau tahan agar tak jatuh
juga saat duka dan luka menggelayut bersama penolakan itu,
kau justru lirih berucap
semoga Allah mengampunkan, sebab mereka tak tahu
duhai Rasul,
kami menyusuri langkahmu, jejakmu
sosokmu yang gagah dan wajahmu yang mengalahkan purnama
seindah senyummu yang bercahaya
dan bilah tanganmu yang kau guna untuk turut kumpulkan kayu bakar
juga sujud-sujud panjangmu
dan kenangmu dalam haru dan rindu
pada ummat yang mencintamu bahkan sebelum pernah bertemu
duhai Rasul,
kami tahu
tidak akan mampu dapatkan syurga
hanya dengan puisi dan kata-kata indah
kecuali setelah kata terakhir itu,
penyairnya turut menerjemah sajak
dalam ketaatan yang banyak
kecuali setelah kata terakhir itu,
pembacanya ikut merapalkan syair
dalam permohonan ampun, taubat, dan inabah
duhai Rasul,
ajari kami cinta yang melintas jarak dan waktu
agar kami dapat membersamaimu
nanti,
dalam waktu-waktu tanpa jeda dan tanpa akhir
Makassar, 9 Februari 2013
untuk Adinda Khairunnisa Said ; telah tuntas janjiku, nah :)
Minggu, 03 Februari 2013
senandung masa lalu
repost puisi yg diposting tepat pada tanggal yang sama di 2010
saya rindu orang ini, dan dia baik-baik saja. :)
--------------------------------------------------------------------------------------------------------
Ada yang datang tiba-tiba
Saat diputarkan kembali senandung masa lalu
Yang membawa kita pada kerlip hijau
Tak lama saat kita perkenalkan diri pada dunia
Dengan sepecah tangis dan sebuah nama
Tak banyak yang kita mengerti saat itu
Selain seputar permen dan ayunan di taman
Yang menderit manja kala disapa angin
Dan terdiam sedih saat menyambut hujan
Lalu diantarkannya kita hingga seolah begitu cepat berlalu semua
Aku dengan hidupku
Dan kau bersama takdirmu
Tapi, tak banyak yang berubah
Tentang alis tebal itu
Atau seyum lucu yang terkulum saat kita kembali bertemu
Juga tangis yang tersembunyi di matamu
Saat rembulan antarkan aku menuju jumpa kita di kelam yang sendu
Dan dengan lirik kau ucap,
”Din, telah berpulang Ayahku...”
Ah...
Betapa kerdilnya sebenarnya aku
Sebab telah nyata kupandang kau berjibaku dengan hidup
Berjalan hingga merangkak melewati tiap fragmen bahkan yang paling kusam sekalipun
Tapi tetap ada masa saat kau sapa dengan binar matamu
Lalu berkata pada langit bahwa hidupmu adalah senyum cerah
Meski mendung menggelayut menimpa
Hmm..., ada yang datang tiba-tiba
Saat diputaran kembali senandung masa lalu
Mengucap padaku tentang siapa pemenang saat kita lawan badai di perbatasan negeri
Katanya,
kaulah orangnya; Farihah !
specially for my soulmate, teman masa kecilku, sekaligus saudaraku tercinta, Syarifah Farihah Muhsana Fadhil Nasir (Hey! Aku baru sadar betapa panjang namamu, Kawan!)
saya rindu orang ini, dan dia baik-baik saja. :)
--------------------------------------------------------------------------------------------------------
Ada yang datang tiba-tiba
Saat diputarkan kembali senandung masa lalu
Yang membawa kita pada kerlip hijau
Tak lama saat kita perkenalkan diri pada dunia
Dengan sepecah tangis dan sebuah nama
Tak banyak yang kita mengerti saat itu
Selain seputar permen dan ayunan di taman
Yang menderit manja kala disapa angin
Dan terdiam sedih saat menyambut hujan
Lalu diantarkannya kita hingga seolah begitu cepat berlalu semua
Aku dengan hidupku
Dan kau bersama takdirmu
Tapi, tak banyak yang berubah
Tentang alis tebal itu
Atau seyum lucu yang terkulum saat kita kembali bertemu
Juga tangis yang tersembunyi di matamu
Saat rembulan antarkan aku menuju jumpa kita di kelam yang sendu
Dan dengan lirik kau ucap,
”Din, telah berpulang Ayahku...”
Ah...
Betapa kerdilnya sebenarnya aku
Sebab telah nyata kupandang kau berjibaku dengan hidup
Berjalan hingga merangkak melewati tiap fragmen bahkan yang paling kusam sekalipun
Tapi tetap ada masa saat kau sapa dengan binar matamu
Lalu berkata pada langit bahwa hidupmu adalah senyum cerah
Meski mendung menggelayut menimpa
Hmm..., ada yang datang tiba-tiba
Saat diputaran kembali senandung masa lalu
Mengucap padaku tentang siapa pemenang saat kita lawan badai di perbatasan negeri
Katanya,
kaulah orangnya; Farihah !
specially for my soulmate, teman masa kecilku, sekaligus saudaraku tercinta, Syarifah Farihah Muhsana Fadhil Nasir (Hey! Aku baru sadar betapa panjang namamu, Kawan!)
Jumat, 01 Februari 2013
yang kusuka
ada seseorang yang kusuka
justru sebab ia sederhana
suatu hari, ia membetulkan tutup tempat sampah
di kali lain, ia menyingkir dari riuh
lalu dengan lirih lantunkan kitab suci
ia juga tetap tenang saat yang lain panik
ia yang bening hatinya, sebening pandang matanya
tak sadar betapa mudah ia dicinta
ada seseorang yang kusuka
sebab ia menyebutku sebagai saudarinya
Makassar, 31 Januari 2013
mendekati saat-saat akan berpisah denganmu,
kuharap kelak akan ada ruang untuk kita bertemu
atau agar aku kembali jumpa
dengan orang lain yang serupa
justru sebab ia sederhana
suatu hari, ia membetulkan tutup tempat sampah
di kali lain, ia menyingkir dari riuh
lalu dengan lirih lantunkan kitab suci
ia juga tetap tenang saat yang lain panik
pic by Kameolynn on deviantart.com |
ia yang bening hatinya, sebening pandang matanya
tak sadar betapa mudah ia dicinta
ada seseorang yang kusuka
sebab ia menyebutku sebagai saudarinya
Makassar, 31 Januari 2013
mendekati saat-saat akan berpisah denganmu,
kuharap kelak akan ada ruang untuk kita bertemu
atau agar aku kembali jumpa
dengan orang lain yang serupa
Sabtu, 26 Januari 2013
kotak kaca
sebuah kotak kaca mencipta cahaya berwarna warni
cantik sekali
membentuk seberkas pelangi
di sini
di dalam hati
lalu terlihat indahlah apa yang kita anggap indah
saat sinar menerobos masuk dari sela-sela tirai bersulam bunga yang kita singkapkan
lalu terlihat nyatalah apa yang menjadi nyata
waktu matahari benderang menerangi segala
tapi suatu saat datanglah kesadaran
kita memang bukanlah kotak kaca yang transparan
bahwa akan ada yang terus tersembunyi
jika tidak dilisankan
maka hari itu aku memilih menjadi kotak kata saja
saat menggeleng kuat-kuat
menjawab jelas-jelas
teman,
memang belum sekarang saatnya.
Makassar,26 Januari 2013
cantik sekali
membentuk seberkas pelangi
di sini
di dalam hati
lalu terlihat indahlah apa yang kita anggap indah
saat sinar menerobos masuk dari sela-sela tirai bersulam bunga yang kita singkapkan
lalu terlihat nyatalah apa yang menjadi nyata
waktu matahari benderang menerangi segala
tapi suatu saat datanglah kesadaran
kita memang bukanlah kotak kaca yang transparan
bahwa akan ada yang terus tersembunyi
jika tidak dilisankan
maka hari itu aku memilih menjadi kotak kata saja
saat menggeleng kuat-kuat
menjawab jelas-jelas
teman,
memang belum sekarang saatnya.
Makassar,26 Januari 2013
Kamis, 17 Januari 2013
yakin
berulang kami merapal kalimat keyakinan
kadang mencatatnya serupa ilmu
namun lalu lupa
atau mungkin purapura lupa
pada satu masa saat keyakinan meminta buktinya
o Rabbi, ajari kami
untuk yakin serupa para nabi
seperti Nuh yang teguh
merangkai bahtera
meski belum lagi ia lihat datangnya bah
seperti Musa yang terus berlari
lalu mengetuk samudra dengan tongkat
meski belum pula dilihatnya
nyata terbelah lautan
seperti Ibrahim yang tetap hendak sembelih sang putra
lalu pejamkan mata
meski tidak dinyana
Ismail bertukar domba
o Rabbi,
yakinkan kami pada yang haq sebagai yang haq
pada yang bathil sebagai yang bathil
pada jalan cahaya lagi sepi;
tambatkan hati kami
agar lebih ringan pandangan kami
langkah kami
mata hati kami
pada hari diminta pertanggungjawabannya
pada hari kala bukan lagi lisan kami yang bicara
Makassar, 19 Januari 2013
kadang mencatatnya serupa ilmu
namun lalu lupa
atau mungkin purapura lupa
pada satu masa saat keyakinan meminta buktinya
o Rabbi, ajari kami
untuk yakin serupa para nabi
seperti Nuh yang teguh
merangkai bahtera
meski belum lagi ia lihat datangnya bah
seperti Musa yang terus berlari
lalu mengetuk samudra dengan tongkat
meski belum pula dilihatnya
nyata terbelah lautan
seperti Ibrahim yang tetap hendak sembelih sang putra
lalu pejamkan mata
meski tidak dinyana
Ismail bertukar domba
o Rabbi,
yakinkan kami pada yang haq sebagai yang haq
pada yang bathil sebagai yang bathil
pada jalan cahaya lagi sepi;
tambatkan hati kami
agar lebih ringan pandangan kami
langkah kami
mata hati kami
pada hari diminta pertanggungjawabannya
pada hari kala bukan lagi lisan kami yang bicara
Makassar, 19 Januari 2013
Jumat, 11 Januari 2013
Rabu, 09 Januari 2013
Sebuah Tugas Hidup
hidup yang kita perjuangkan siang dan malam ini
yang terkadang tanpa jeda ini..
kelak akan kita sadari
bahwa ia tidaklah terlalui
kecuali hanya sebentar saja
bahwa kelak yang tersisa dari kita hanyalah kenangan
yang baik-baik, pun yang buruk-buruk
dan yang terbawa oleh kita
adalah apa yang selama ini mungkin kita telah lalai darinya
maka semoga saat masa itu datang
segala tugas kita telah tuntas
dan janji telah terpenuhi
dan kita pun tak lagi resah untuk menghitung diri
tak lagi khawatir pada keringat yang dapat menenggelamkan
juga pada tangan dan kaki yang memberi kesaksian
semoga pada masa itu
kita dipanggil sebagai jiwa yang tenang
sebagai
jiwa
yang
tenang
Rifaah'sWritingZone, 9 Januari 2012
Jazakumullahu Khairan kepada Kak Dewi Syifa, Iklil, dan Kak Akbar Bahar yang membantu mengambil gambar-gambar ini.
Langganan:
Postingan (Atom)