Rabu, 20 November 2013

menjadi ikan

di sini kami tidak mengenal malam dan siang
juga tidak percaya adanya matahari
kami tidak perlu meriuhkan pergantian tahun
atau penantian rembulan untuk terbit lagi

di sini hening menyelimuti dari riak ombak
lebih baik daripada hati yang sepi
dalam hingar bingar yang ramai

para terumbu adalah saksi bisu
seseorang perlu diajari untuk menjadi manusia terlebih dahulu

kami tidak tahu tentang hujan
atau angin kencang
seperti kami tidak peduli
pada caci maki dan kata dusta

ada yang datang menengok pada kami
ia membawa sebongkah hati yang telah mati
katanya, kenangan tentang musim semi telah menciderainya
sementara ia
terlampau perih untuk melangkah lagi

Makassar, 20 November 2013

Sabtu, 09 November 2013

pandanglah bulan

berdiri di sisi jendela
dan malam terlampau temaram,
seperti bagaimana ia seharusnya
maka pandanglah bulan
entah ia sabit atau purnama

dari sini, dari satu arah yang sama
kita menikmati sinarnya yang terengah untuk singgah
kita memindainya sebagai pemadangan alam
di setiap malam

memandang bulan tanpa perlu berpikir untuk menyentuhnya
tanpa pernah tahu kasar dari permukaannya
atau langkah yang tidak akan menjejak padanya

tidak mengapa, sebab meski diusir cahaya
ia akan terbit kembali di esok malam
untuk kau pandang
untuk kau tatap dengan hati saja

hingga tak perlu beranjak kemana-mana
hingga tak perlu berlari tergesa-gesa
hingga tirai tertutup
tapi layar tersibak
kenyataannya, bulan tidak seindah yang kita kira
tapi tak mengapa,
bukankah kenangan tidak akan pernah berubah?

Kamar Indy, 9 November 2013

Kamis, 26 September 2013

cerita langit

di sini selalu hening
bulan sabit merindukan matahari yang senantiasa purnama
mereka tidak pernah berjumpa
tapi sepertinya saling tahu
dari kabar-kabar cahaya

bintang-bintang mungkin terlalu terlambat menyampaikan pesan
cahayanya baru kita terima bertahun kemudian
ia tidak pernah menyerah
baginya, sia-sia adalah
saat tak pernah berbuat apa-apa

sementara matahari selalu tahu
hanya sebab sinarnya saja ia dikenang
tapi haluslah dirinya
sebab,
bahkan meski awan menghalangnya di suatu siang
ia tetap paham betul
suatu waktu terik harus berlalu
ada yang sedang memerlukan teduh

bahkan meski ia tak lagi nampak
sebab mendung sedemikian kelabu
ia masih saja terus percaya
seseorang sedang duduk di beranda
menunggu hujan yang menemaninya memintal masa lalu

Makassar, 26 September 2013

Kamis, 12 September 2013

kulihat cahaya


pada waktu yang telah berlalu
saat tengok ke luar jendela
sementara tahun-tahun yang terlewat dengan hal yang sama
di setiap masa itu,
tak satupun yang tahu
betapa butanya aku

lalu kini,
saat bola mata mengerjap pada sinar bintang
aku di sini,
tiba-tiba menyaksikannya
dari sini, begitu jelas;
inilah
takdirku

ada hari dimana kita mengejar mimpi
namun masa itu nyatanya hanyalah kabur
saat tak satupun yang terlihat sebenar-benarnya
sebagaimana segala yang seharusnya

kini, kau bersinar bersama gemintang
tiba-tiba aku pun menemukan;
saat kau di sini, segalanya nampak nyata
saat aku percaya;
inilah takdirku.

pic by Tofu-miso


dan pada akhirnya kulihat cahaya
seolah setiap kabut telah tersingkap
akhirnya kulihat cahaya
saat langit nampak berbeda
disana hangat, disana nyata, disana sinaran
dan bumi pun bergerak
saat segalanya terlihat berbeda;
aku melihatmu

ya, kini,
aku melihatmu

Makassar, 12 September 2013
*) terjemah bebas dari syair 'I see the Light'- Tangled

Jumat, 06 September 2013

sajak tembok apotek


kami tidak pernah berani
menyisipkan nyawa diantara serbuk pil, tablet, atau sirup obat batuk
mereka telah mati lebih dahulu
digerus lumpang yang mendekam di lemari kaca
blender yang mendesis sepanjang hari, menertawainya

kami tidak pernah belajar membaca atau berlatih bahasa
(cakar-cakar, atau ulat-ulat yang menari-nari memang bukan untuk dibaca, bukan?)
lembaran resep itu adalah surat cinta
yang kami mengerti tanpa perlu belajar mengeja

para dokter meminta kami mengambil obat dalam bungkusan plastik
kami tahu perlu memberikan doa dalam senyap yang terbetik
dalam senyum yang dikira tidak penting untuk dibalas itu
dalam terima kasih yang disangka basa-basi

kalian kira telah berhasil membeli bugar dan bahagia dengan datang kepada kami?
tidak, Tuhan-lah yang telah memberinya
atau menahannya
bahkan tanpa perlu kalian minta.

Makassar, Agustus 2013

Rabu, 04 September 2013

titip salam

by Jimothy


langit menitipkan salamnya untuk tanah lewat hujan
senja, telah dititipi salam oleh siang kepada malam
sementara malam, meminta fajar untuk sampaikan salamnya
kepada pagi


by Liajedi
kepompong dititipi salam dari ulat kepada kupu-kupu
angin yang berhembus membawa salam tangkai-tangkai dandelion kepada tanah baru
tempat benihnya akan tumbuh


by Andokadesbois

tangkai-tangkai pohon
juga rupanya rindu pada rerumput
mereka menitip salam lewat daunnya yang gugur

by Augenweide
selengkung sabit itu, adalah salam yang tertitip dari bulan baru kepada purnama penuh
bintang gemintang riuh, mengingatkannya selalu



tahukah kau?

by Leonn


sementara puisi ini adalah
titipan salamku
untukmu

Makassar, Agustus 2013


Selasa, 13 Agustus 2013

ini hati

ada segaris larik pada langit
mencipta baris-baris
kau melihatnya
aku melihatnya
kau tahu, tidak satupun dari kita yang berada di atasnya

kau kira ada tembok yang membatasi cahaya
kau kira terlalu terang benderang bersinar
kau takutkah akan turut terbakar?

itu laut yang luas
pun tetap akan ada dasarnya
seperti karang yang juga akan pecah
suatu saat jika tiba saatnya
siapa yang salah jika ia dibiarkan begitu saja?

maka kuberi tahu,
ini hati,
bukan tercipta dari besi
kau kira ia tak letih?

Makassar, 13 Agustus 2014

Kamis, 08 Agustus 2013

Selamat Idul Fitri 1434 H

Ibu gadis kecil yang cantik ini berbaik hati membagi satu bagian dari shaf shalat yang masih renggang kepada saya

 :)




Hilal telah terlihat. Semesta tuntas memperlihatkan peralihan waktu. Ramadhan berlalu. Syawwal menjelang. Momen lebaran kembali datang. Lebaran adalah saat dimana kita dapat melihat dengan jelas limpahan nikmat yang terkaruniakan. Berkumpul dengan sanak keluarga semoga bukan hanya menjadi tren atau ajang pamer baju baru saja. Lebih dari itu, lebaran adalah konsolidasi besar, sekali setahun, untuk saling bertukar kabar, bertatap wajah, dan mensyukuri, betapa besar nikmat berupa berkumpulnya kita secara lengkap.

Lebaran adalah saat yeng tepat, mengingati kembali saudara-saudara kita di segala pejuru. Mereka, mungkin tidak akan pernah bertemu dengan kita, bahkan hingga kita mati. Tapi oleh keimanan, oleh kalimat tauhid, kita telah dipersaudarakan. Oleh Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa sallam, kita bahkan dianalogikan sebagai satu tubuh. Satu bagian sakit, maka sakit pula bagian yang lain.

Jika di lebaran kali ini, kita merasai nikmat tak terkira, maka ingatlah saudara kita di sana; Palestina, Suriah, Myanmar, Mesir, dan berbagai tempat lainnya. Dapatilah bahwa memang diri kita ini lemah, maka tidak ditimpakan kepada kita ujian yang seberat mereka. Jasad kita tak jumpa, namun doa kita dapat menjadi satu hal yang semoga membuktikan jalinan persaudaraan antara kita. Ingatlah mereka. 

Lebaran adalah momentum kita memulai kembali hari yang baru. Kawan kita yang amat baik itu, Ramadhan, telah membersamai dalam sebulan penuh. Kemuliaannya telah melembutkan hati kita. Semoga kelembutannya dapat terus kita pelihara. Hingga kita kembali diperjumpakan dengannya. 

Mari saling mendoakan, dengan ucapan yang mulia itu; TAQABBALALLAHU MINNA WA MINKUM. Selamat hari raya Idul Fitri 1434 H. Lebaran kita! ^_^

Makassar, 1 Syawwal 1434 H

Rabu, 17 Juli 2013

Seikat Sajak yang Berhamburan

Teruntuk; Kamu,
yang mencintai kata-kata indah

Alhamdulillah,
16 Juli 2013

Seikat Sajak yang Berhamburan

Sehimpun Puisi Arrifa'ah
Penerbit: DapurBuku
ISBN: 978-602-1615-02-7




mengikat:
hening, teduh, biru, kelam, dan hari-hari cahaya



hingga pada akhirnya kita mengerti
mengapa masih saja memetik puisi
yang tumbuh berkuntum-kuntum itu

hanya sekadar untuk mempersiapkan diri
untuk masa dimana bertemu dia
puisi yang disiapkanNya
untukmu saja


*mau pesan? klik disini


Kamis, 20 Juni 2013

tiga pasang kita

ketiga pasang kita
berhutang pada kata-kata
juga udara
dan langit yang mengantarkan pesan mereka

satu.
mereka dipertemukan oleh masa lalu
dan dipersamakan oleh ruang-ruang hening
yang riuh
seriuh perasaan yang tersampaikan lamat-lamat
dan hati yang menangkapnya cepat-cepat
tapi tak ada lengkung pelangi di sana
serupa aliran sungai yang mengalir begitu saja
tak pula tahu dimana letak muara
tapi ah,
bukankah waktu dapat berbuat apa saja?

dua.
mereka berjumpa pada suatu fragmen
pada dua purnama yang ditatap bersama-sama
dan sederet cerita yang tertuliskan
dengan senyuman pada setiap sudutnya
lalu sebenarnya hembusan angin telah menjalankan tugasnya
dengan baik sekali
menyampaikan tiap rangkaian huruf yang jelas makna
meski, tanpa nama
tanpa alamat tujuan
dan mereka saling membacanya
sayang,
masih dengan tanda tanya
hey, apakah aku tidak lupa sampaikan pada kalian, 
bagaimana cahaya selalu berhasil menjadi penunjuk jalan?

tiga.
mereka mungkin terlalu sering bertukar sapa
tanpa pernah saling menatap pada bola mata
hingga kata-kata kehilangan rasanya
dan mereka, terlampau berani bersembunyi
pada tiap sudut huruf
dan kelam malam yang pendiam
saling menerka-nerka dengan ejaan yang tak tuntas
saling berjanji untuk berjumpa
pada sebuah pertemuan yang dinantikan
lihatlah,
bahkan langit pun turut penasaran bersama kalian.

ketiga pasang kita
masih saja menyimpan rasa
maka pada tiap detak detik masa
kita menunggu kelanjutan kisahnya.

Makassar, 20 Juni 2013

Sabtu, 01 Juni 2013

kadang kita tidak butuh kata

kadang kita memang tidak butuh kata
cukup hening saja
serupa ibunda yang menjaga hingga terlelap
tanpa harus memaksa hadir dalam mimpi kita

kadang bahkan senyuman pun telah cukup
saat kita memintal keyakinan
pada pertemuan yang mungkin
atau yang tidak mungkin

kadang hujan menghadirkan pelangi
yang kita pilih biru-nya
untuk dimasukkan ke dalam saku
dan membasuh air mata yang jatuh
tapi kadang warna-warni itu tidak hadir
tak mengapa, sebab rerintik telah buat kita melangitkan doa

kadang kata hanya menyamarkan kita
yang jadi sibuk menebak makna
lalu tidak merasa cukup dengan menikmatinya saja

maka kadang, kita tidak butuh lagi kata
saat hidup ini telah menjelma puisi
yang tak pernah akan habis
untuk kita eja.

Makassar, 1 Juni 2013
Menandai 22 Rajab 1434 H
Saat kata 'ukhuwah' menjadi cukup di dalam dada - untuk kita wujudkan, dan kita kenang
Selamat berjuang, IPMI!

Senin, 20 Mei 2013

doa dan laut

hingga begitu jauh jarak yang harus terlewat
saat ia mencari-cari jawaban
mengapa masih harus ada laut,
sementara telah hadir langit
dengan biru yang tak terbatas?




lalu pada satu titik ia akhirnya temukan
tentang luasnya laut yang tak berbilang itu
deburannya yang seolah seirama itu
dan beningnya yang menjelma biru itu:
adalah semburat doa
dalam hening yang tak putus-putus

maka tahukah kau apa balasan yang terbaik untuknya?

itulah doa yang serupa
yang dipanjatkan langsung oleh para malaikat




di langit menuju Makassar, 
19 Mei 2013

| doa malaikat itu serupa  doaku,
sepertinya akan terkabul lebih dahulu.
selamat! |

Senin, 13 Mei 2013

dialah itu

disuatu waktu
kau menatap mataku dengan matamu yang berkaca
katamu,
kau merasa dia telah begitu dekat
lalu tiba-tiba begitu ingin kau berjumpa
dengan Tuhan yang kau ibadahi di sepanjang usia

diwaktu yang lain
aku pun merasa akan bertemu dengannya
seolah tinggal menunggu kendaraan yang mana akan membawa
lalu teringat pada seikat puisi
yang akan dijadikan wasiat nanti

dialah itu
sebuah garis, pendek saja
namun akan memotong mimpi-mimpimu yang panjang
yang kau terbangkan ke langit dan tersangkut pada awan
kemudian jatuh ke tanah bersama hujan

dialah itu maut,
yang dengan sesuatu yang kita sebut hidup,
nyatanya hanya berjarak
satu tarikan napas

Makassar, 13 Mei 2013

Rabu, 01 Mei 2013

puisi menemukan diri

matanya menatap jauh ke luar jendela, jauh sekali. 

"kau sedang melihat apa, nak?"
"langit, bu."

--------------------------------------------------------------------------------

"langit, bu"



puisi akan menemukan dirinya sendiri

pada sedih yang tersembunyi
dan kau punggungi
kau tutupi
dan yang kau sebutkan dengan terang-terangan
dengan sendu yang berlinang-linang

bulan yang memutihkan langit
di pertengahan perjalanan
nyatanya tidak mampu mengubah malam menjadi siang

seperti hidup yang ternyata tidak semudah menggubah sajak
dan menentukan rima
dan kata-kata

doamu;
adalah nanti berkumpul lagi
pada sebuah tempat
dimana tidak akan ada lagi air mata

maka berhentilah mengasihaninya,
dia sedang mengejar surga

Makassar, 1 Mei 2013



Minggu, 07 April 2013

satu lagi, hujan

hujan jatuh
rintik-rintik
menulis sajak pada tanah kering
yang menjadi basah dengan puitis

Minggu, 24 Maret 2013

kenangan

wajahmu yang pura-pura tersenyum
langit yang pura-pura tersenyum
rembulan yang jatuh di pelupuk matamu
dan matahari; padam diam-diam

devianart.com



bolehkah suatu saat
kita berjanji untuk menjenguk kenangan?


Makassar, 25 Maret 2013
dengan kepala yang masih terngiang hingar-bingar perhelatan TERAS2013
kata Putri Cahaya; Keep moving forward!

kata saya; yes, i will :)

Rabu, 06 Maret 2013

ketika penulis jatuh cinta

Cinta adalah keyakinan, seperti Ibrahim yang dibakar api, dan terus lanjutkan dzikir, hingga terkisahlah mukjizat itu; api yang tak membakar

Cinta adalah kepercayaan, seperti Hajar yang rela ditinggal di tengah gurun, cukuplah ia berucap, “Jika ini kehendak Allah, maka Ia tidak akan menyia-nyiakan kami”

Cinta adalah kepatuhan, seperti Ismail yang rela disembelih, lewati ujian keimanan yang begitu beratnya, maka termasuklah ia hamba yang bersabar

Cinta adalah kesepahaman, seperti Khadijah yang tak perlu bertanya panjang, cukup menyelimuti dan memberikan kehangatan, setelah wahyu pertama kali diturunkan. “Allah tidak akan menghinakanmu..

Cinta adalah pengharapan, layaknya Rasulullah yang tak rela penduduk Thaif diadzab dengan gunung yang menimpa, seraya berujar, “Justru aku berharap, kelak akan ada generasi dari sulbi mereka yang tidak akan menyekutukan Allah!

Cinta adalah kebahagiaan, seperti Aisyah dan Rasululullah yang berlomba lari, di suatu saat Aisyah yang menang, di kala yang lain Rasulullah mengalahkan.

Cinta adalah kerelaan, layaknya Salman yang memberikan mahar dan persiapan walimah, kepada Abu Dzar yang ternyata lebih dipilih oleh wanita yang ia pinang

Cinta adalah keteguhan, seperti Bilal yang bertahan dengan “Ahad!” meski cambuk dan dera menyiksa diatas tanah panas yang melelehkan.

Cinta adalah ketenangan, saat keduanya dalam gua, lalu Rasulullah berucap pada Abu Bakar, “Janganlah bersedih, sebab Allah bersama kita

Cinta adalah kebeningan, saat Rasulullah wafat, Abu Bakar yang paling dicintainya yang pertama kali tersadar, “Barangsiapa menyembah Muhammad maka sungguh Muhammad telah wafat.” ucapnya, “Namun siapa yang menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah kekal!”

Cinta adalah kesadaran, seperti isak Umar saat melihat harta melimpah di masa kepemimpinannya, “Jika ini baik, mengapa tidak terjadi di zaman Rasulullah dan Abu Bakar?”

Cinta adalah penerimaan, seperti Nailah yang belia, menjadikan Utsman yang telah berusia senja sebagai pendampingnya, sebab “Masa mudamu telah kau habiskan bersama Rasulullah”

Cinta adalah pengorbanan, seperti Ali yang sempat mengira Fatimah akan dinikahkan dengan Abu Bakar, “Aku mengutamakan Abu Bakar atas diriku, aku utamakan Fatimah atas cintaku.”

Cinta adalah penjagaan, seperti Fatimah yang menunggu saat yang tepat, dikala Ali telah halal baginya,“Dulu aku pernah cintai lelaki sebelum menikahimu.” ucapnya,  Dialah kau.”

Cinta adalah karena Allah, saat kau berucap dengan mata berkaca, “Bahkan mungkin, aku lebih mencintai kalian diatas cinta pada saudara kandungku sendiri”

Cinta adalah kesucian, tidak dititipkan kecuali pada hati yang suci, dikokohkan dengan ikatan yang suci, telah tertakdir, tepat pada waktunya. Tidak pernah terlalu cepat, pun tidak akan datang terlambat. 

Ketika penulis jatuh cinta, maka ia tidak lagi butuh syair dan kata-kata indah. Sebab telah dapat ia buat sendiri dengan jemarinya. 

Saat penulis jatuh cinta, ia pastikan tertulis dengan fokus yang tepat; “Aku ingin jatuh cinta berkali-kali, terus seperti ini, dan tak akan pernah berubah. Padamu saja.” 


Makassar, 4 Maret 2013

Selasa, 26 Februari 2013

cahaya merah muda



bukan kau yang salah
jika datang dengan membawa warna merah muda dengan semburat cahaya
sementara aku ini biru bercampur kelabu
yang terkadang begitu dingin dan beku
tapi atas pertemuan kita
kau pun tahu, Allah tak pernah salah

maka kita melewati ini dengan berbagai cara
aku juga tidak begitu mengerti
mengapa denganmu saja,
bisa bercerita lepas
tertawa lepas
dan menjadi cerah meski jalan yang kita lalui terkadang begitu mendung

aku juga tidak begitu mengerti,
mengapa hanya padamu saja,
rasanya tidak begitu berat untuk melepaskan sesuatu
mungkin,
sebab memang Allah-lah yang menggenggam hati

maka saat malam itu kau membawa kabar
dan dapat kurasakan cahayamu semakin saja memerah muda
lalu diantara kata, kau bertanya;
sudah bolehkah aku jatuh cinta?

dengarlah ini,
kurasa ini belumlah saat yang tepat
tapi sekali lagi,
aku juga tidak begitu mengerti
mengapa menjadi begitu yakin
bahwa saat itu sepertinya tidak akan lama lagi

percayalah
sebab, aku selalu percaya padamu

Ruang kerja Bapak, selepas menitipkan surat cinta untuk Allah,
27 Februari 2013

untuk seseorang yang pasti tidak akan keberatan jika saya #nomention saja di puisi ini
eh, belum berapa lama kita tidak jumpa,
kenapa saya jadi begitu rindu bercakap-tertawa denganmu? :)

Sabtu, 09 Februari 2013

duhai Rasul

duhai Rasul,
sebentang jarak dan waktu memisah antara kami dengan dirimu
dalam malu dan ketidakpantasan
kami ingin sekali mengucap namamu dengan kata cinta
lalu mengikutkannya dengan salam keselamatan
pada tiap hela nafas kami yang tak panjang

kami mengulang cerita tentangmu, perjalananmu
tentang sosokmu yang terlahir yatim
dan sejuta pesona bahkan sebelum kau dirundung wahyu
tentang perutmu yang kau ganjal batu
tentang darahmu yang kau tahan agar tak jatuh
juga saat duka dan luka menggelayut bersama penolakan itu,
kau justru lirih berucap
semoga Allah mengampunkan, sebab mereka tak tahu

duhai Rasul,
kami menyusuri langkahmu, jejakmu
sosokmu yang gagah dan wajahmu yang mengalahkan purnama
seindah senyummu yang bercahaya
dan bilah tanganmu yang kau guna untuk turut kumpulkan kayu bakar
juga sujud-sujud panjangmu
dan kenangmu dalam haru dan rindu
pada ummat yang mencintamu bahkan sebelum pernah bertemu

duhai Rasul,
kami tahu
tidak akan mampu dapatkan syurga
hanya dengan puisi dan kata-kata indah

kecuali setelah kata terakhir itu,
penyairnya turut menerjemah sajak
dalam ketaatan yang banyak

kecuali setelah kata terakhir itu,
pembacanya ikut merapalkan syair
dalam permohonan ampun, taubat, dan inabah

duhai Rasul,
ajari kami cinta yang melintas jarak dan waktu
agar kami dapat membersamaimu
nanti,
dalam waktu-waktu tanpa jeda dan tanpa akhir


Makassar, 9 Februari 2013
untuk Adinda Khairunnisa Said ; telah tuntas janjiku, nah :)


Minggu, 03 Februari 2013

senandung masa lalu

repost puisi yg diposting tepat pada tanggal yang sama di 2010
saya rindu orang ini, dan dia baik-baik saja. :)

--------------------------------------------------------------------------------------------------------
Ada yang datang tiba-tiba
Saat diputarkan kembali senandung masa lalu
Yang membawa kita pada kerlip hijau
Tak lama saat kita perkenalkan diri pada dunia
Dengan sepecah tangis dan sebuah nama

Tak banyak yang kita mengerti saat itu
Selain seputar permen dan ayunan di taman
Yang menderit manja kala disapa angin
Dan terdiam sedih saat menyambut hujan

Lalu diantarkannya kita hingga seolah begitu cepat berlalu semua
Aku dengan hidupku
Dan kau bersama takdirmu

Tapi, tak banyak yang berubah
Tentang alis tebal itu
Atau seyum lucu yang terkulum saat kita kembali bertemu
Juga tangis yang tersembunyi di matamu
Saat rembulan antarkan aku menuju jumpa kita di kelam yang sendu
Dan dengan lirik kau ucap,
”Din, telah berpulang Ayahku...”

Ah...
Betapa kerdilnya sebenarnya aku
Sebab telah nyata kupandang kau berjibaku dengan hidup
Berjalan hingga merangkak melewati tiap fragmen bahkan yang paling kusam sekalipun
Tapi tetap ada masa saat kau sapa dengan binar matamu
Lalu berkata pada langit bahwa hidupmu adalah senyum cerah
Meski mendung menggelayut menimpa

Hmm..., ada yang datang tiba-tiba
Saat diputaran kembali senandung masa lalu
Mengucap padaku tentang siapa pemenang saat kita lawan badai di perbatasan negeri
Katanya,
kaulah orangnya; Farihah !

specially for my soulmate, teman masa kecilku, sekaligus saudaraku tercinta, Syarifah Farihah Muhsana Fadhil Nasir (Hey! Aku baru sadar betapa panjang namamu, Kawan!)

Jumat, 01 Februari 2013

yang kusuka

ada seseorang yang kusuka
justru sebab ia sederhana

suatu hari, ia membetulkan tutup tempat sampah
di kali lain, ia menyingkir dari riuh
lalu dengan lirih lantunkan kitab suci
ia juga tetap tenang saat yang lain panik

pic by Kameolynn on deviantart.com



ia yang bening hatinya, sebening pandang matanya
tak sadar betapa mudah ia dicinta

ada seseorang yang kusuka
sebab ia menyebutku sebagai saudarinya

Makassar, 31 Januari 2013

mendekati saat-saat akan berpisah denganmu,
kuharap kelak akan ada ruang untuk kita bertemu
atau agar aku kembali jumpa
dengan orang lain yang serupa

Sabtu, 26 Januari 2013

kotak kaca

sebuah kotak kaca mencipta cahaya berwarna warni
cantik sekali
membentuk seberkas pelangi
di sini
di dalam hati

lalu terlihat indahlah apa yang kita anggap indah
saat sinar menerobos masuk dari sela-sela tirai bersulam bunga yang kita singkapkan
lalu terlihat nyatalah apa yang menjadi nyata
waktu matahari benderang menerangi segala

tapi suatu saat datanglah  kesadaran
kita memang bukanlah kotak kaca yang transparan
bahwa akan ada yang terus tersembunyi
jika tidak dilisankan

maka hari itu aku memilih menjadi kotak kata saja
saat menggeleng kuat-kuat
menjawab jelas-jelas

teman,
memang belum sekarang saatnya.

Makassar,26 Januari 2013

Kamis, 17 Januari 2013

yakin

berulang kami merapal kalimat keyakinan
kadang mencatatnya serupa ilmu
namun lalu lupa
atau mungkin purapura lupa
pada satu masa saat keyakinan meminta buktinya

o Rabbi, ajari kami
untuk yakin serupa para nabi
seperti Nuh yang teguh
merangkai bahtera
meski belum lagi ia lihat datangnya bah

seperti Musa yang terus berlari
lalu mengetuk samudra dengan tongkat
meski belum pula dilihatnya
nyata terbelah lautan

seperti Ibrahim yang tetap hendak sembelih sang putra
lalu pejamkan mata
meski tidak dinyana
Ismail bertukar domba

o Rabbi,
yakinkan kami pada yang haq sebagai yang haq
pada yang bathil sebagai yang bathil
pada jalan cahaya lagi sepi;
tambatkan hati kami

agar lebih ringan pandangan kami
langkah kami
mata hati kami
pada hari diminta pertanggungjawabannya
pada hari kala bukan lagi lisan kami yang bicara

Makassar, 19 Januari 2013

Jumat, 11 Januari 2013

mata

ada jendela
yang ingin sekali kutengok lebih dalam
kulihat lebih jauh


; matamu

Rabu, 09 Januari 2013

Sebuah Tugas Hidup

 


hidup yang kita perjuangkan siang dan malam ini
yang terkadang tanpa jeda ini..




kelak akan kita sadari
bahwa ia tidaklah terlalui
kecuali hanya sebentar saja


bahwa kelak yang tersisa dari kita hanyalah kenangan
yang baik-baik, pun yang buruk-buruk


dan yang terbawa oleh kita
adalah apa yang selama ini mungkin kita telah lalai darinya


maka semoga saat masa itu datang
segala tugas kita telah tuntas
dan janji telah terpenuhi


dan kita pun tak lagi resah untuk menghitung diri
tak lagi khawatir pada keringat yang dapat menenggelamkan  
juga pada tangan dan kaki yang memberi kesaksian



semoga pada masa itu
kita dipanggil sebagai jiwa yang tenang
sebagai
jiwa
yang
tenang



Rifaah'sWritingZone, 9 Januari 2012
Jazakumullahu Khairan kepada Kak Dewi Syifa, Iklil, dan Kak Akbar Bahar yang membantu mengambil gambar-gambar ini.