Jumat, 15 Agustus 2014

akhir pencarian, awal sebuah perjalanan

jika hidup ini serupa perjalanan
maka kita lakukan kembara dengan membawa kepingan hati
dan menyiapkan sebuah ruang terbuka bernama jiwa

tapi meski matahari dan rembulan telah bersinar bergantian
namun sebelum ini,
rasanya cahayanya belum jua lengkap
tanpa seseorang yang menemani

dan di masa yang lampau kita telah mencari
seolah sengaja mencipta jarak dalam lintasan tempuh
dan menjejak langkah ke sana ke mari
hingga akhirnya kita mengerti
bahwa nyatanya,
rentangan antara kita dan bahagia
adalah sedekat lisan dan doa
saat kita menyungkur kening dalam sujud
dan merapalkan pinta
untuk hadirkan yang terbaik dariNya
dan keberadaanmu kini,
adalah jawaban atas sederet tanya;
kepada siapa taat akan berlabuh setelah pada Allah dan RasulNya? 

maka kini kita mengharapkan berkah itu
bukan hanya tentang perasaan merah muda
yang bersemi sepanjang musim yag tiada usainya
(dimana bunga-bunga mekar sepanjang waktu dan tiada daun yang mencoba gugur)
bukan pula perihal senyuman abadi
dan kesenangan yang melulu seindah pelangi

namun tentang adakah kau ada untukku
dan aku ada untukmu
untuk membantu membasuh peluh
menyeka air mata
dan mengobati setiap luka
saling bergandeng untuk mendaki jalan-jalan terjal
saling membersamai meski rambut telah kelabu dan ingatan memudar
kita terus mendekap dalam langkah yang tak lagi tegap
saling menjaga, hingga surga kita jelang bersama.

inilah, sayang
rumah tempat kau pulang

pada jenak-jenak yang menghilangkan aku dan kau;
menjadi kita

kita bangun tembok-temboknya dengan iman
kita tegakkan tiangnya dengan ketaatan
dan kita pada akhirnya
menjadi salah satu dari tanda-tanda kebesaranNya.

Makassar, 15 Agustus 2014