Senin, 26 Oktober 2009

Penyair Seorang Pujangga


Terdiam dalam sajak dan pekat malam
Mengais-ngais jejak rindu yang terburamkan oleh waktu
Sementara penyair tak juga sepi diantara hening
Sebab kata-kata telah ramai berucap dengan riuh
Tanpa suara
Tanpa titik akhir

Dan bila kiranya telah kau tengok ia pada pemilik yang lain
Maka tanyakanlah pada hati,
Pantaskah jika kau renggut kata-kata dengan polesan pada dirimu sendiri
Lalu terburu-buru menyebutnya sebagai goresmu
Sementara mereka terlampau polos dan menjadi tak lagi punya makna saat dirampas oleh pujangga yang lain

Olehnya kata-kata menulis diri
Ia lahir bukan hanya karena ujung pena yang tak kering-kering
Tapi sebab jiwa yang menggoreskannya pun selalu basah oleh tanya tentang hidup dan matinya
Bertanya tentang segala jejak yang disisakannya
Bertanya tentang hari esok, masih datangkah ia?

Sebab penyair seorang pujangga
Keduanya adalah ibunda
Anaknya adalah kata-kata

(makassar, 27 oktober 2009)
’Untuk semua pecinta kata’

4 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. masya alloh kerennya.. (dari dulu kayaknya dah keren ya ukht..hehehe ^^). ukhti..butuh banyak belajar darimu niyh untuk merangkai sebuah kata menjadi sebuah kalimat yang penuh makna... barakallohu fiik ^^

    BalasHapus
  3. @muslimah; tafaddal..., belajar lewat jadi pengunjung setianya blogQ nah, ukh...hehehe

    BalasHapus

Syukran atas komentarnya...