Selasa, 30 November 2010

semesta


di hari yang lalu

kening kita mengernyit sebab dalam beberapa saat saja, terik menyengat bisa berganti hujan deras

kau berkata,

”bumi makin tua, kawan”

tapi di langit siang ini

kulihat bersanding dengan misteri awan putih cerah

dengan gumpalan-gumpalan kelabu di atasnya

siang terlalu benderang, tapi suara gemuruh guntur menyambar-nyambar

sesekali nuansa mendung menyapa

tapi kita menjadi gerah dan menghapus berbiji keringat

mungkin

langit hanya menangkap uap-uap dari manusia yang berteduh di kolongnya

yang semakin senang untuk menggabung-gabungkan kelam dengan cahaya

menempatkan haq dan bathil dalam satu wadah

mencampurkan hitam dan putih hingga tak jelas kelabunya

tak perlulah kita menganggapnya adalah penyakit bagi negeri ini

sebab tanah kita terlampau luas untuk disusuri

sebab mungkin, semuanya bermula dari masing-masing diri

semesta hanya menjadi kaca

untuk memantulkan bayang kita yang sebenarnya

(November 30, ’10)

gambar: http://ddzihrina.files.wordpress.com/2008/10/mendung.jpg


Kamis, 18 November 2010

mimpi


diantara celah senja
sekali lagi ia memintaku untuk menikmati datangnya yang tak dapat dicegah
persis saat kita tak dapat memaksanya datang mendahului siang

adakah sebuah cerita lama yang belum sempat kau kisahkan?
saat kau menyeruakkan kata
lalu jatuh cinta pada tiap untai dedaunan yang menancap dengan rapi di tiap dahan
lalu berguguran satu persatu tanpa pernah saling menyalahkan
tanpa pernah merasa mengalahkan

sebuah perjumpaan lewat kata yang singkat
berlanjut dengan ribuan huruf yang mengantarkan kita merangkai suara satu persatu dan menitipkannya agar teringat hingga ke bawah sadar
kau bermimpi
lalu tersenyum, dan bercerita

jika nanti kita berjumpa
ingin kuwujudkan peristiwa seperti antara muhajirin dan anshar
saat tak ada lagi jeda antara tiap pandang kita
sebuah ikatan mengeratkannya
mengeratkan kata yang telah lama ada
mengeratkan jiwa yang terpaut jarak
mengeratkan hati yang kelak menjadi saksi

layaknya sebuah perjalanan panjang yang dilalui
lalu malaikat bertanya
”untuk apa kau menemuinya?”
lalu terjawablah sudah;
”sebab aku mencintainya karena Allah!”
(November 18 ’10)

untuk Ukhti Hilya,
semoga suatu saat kita bertemu, bukan lagi dalam mimpi saja! ^_^

gambar: http://www.impactlab.net/wp-content/uploads/2009/03/summer_dreams_2nd_by_dameonandmeagan.jpg

Rabu, 10 November 2010

Setelah Masa yang Panjang


Entah sejak kapan kita mulai bersepakat dalam diam. Untuk saling sahut-menyahut lewat untaian huruf yang tak pernah terpikirkan. Sementara masing-masing tak pernah benar-benar tahu tentang arah pembicaraan sore itu, meski telah ditemani secangkir teh dan sepotong senja. Persis seperti yang pernah menggantung di langit, di atas sebuah menara.

Setelah masa yang panjang, mungkin kita telah cukup lama saling mengucap nama dalam doa. Atau tetap saja terlalu enggan pada lisan kita, lalu cukup berkata-kata lewat hati saja. Tapi di sujud-sujud itu, di malam yang hening itu, bukankah tiap denting di dalam jiwa terdengar lebih jelas hentakannya. Yah, lebih jelas terdengar.

Entahlah.

Tapi selalu kubaca bahwa ada kau yang lain di dalam setiap sajakmu. Dan bahwa entah mengapa bayang-bayang malam telah bersepakat dengan cahaya untuk tetap tak beranjak dari sini. Dari hati.

Lalu jarak seolah tak lagi berarti. Setelah masa yang panjang ini, akankah kita akan bertemu lagi?

[absolutely GeJe. Selamat Menikmati]

gambar: http://www.google.com/imgres?imgurl=http://8th.blog.friendster.com/files/golden_sunset_by_snigglefritz.jpg&imgrefurl=http://8th.blog.friendster.com/2008/12/&usg=__ceHuVVRVj4WvP2rUlR4DZ1mPEaw=&h=1067&w=800&sz=321&hl=en&start=36&zoom=1&tbnid=4h29TkEVrmexIM:&tbnh=137&tbnw=103&prev=/images%3Fq%3Dsenja%26hl%3Den%26biw%3D1280%26bih%3D584%26gbv%3D2%26tbs%3Disch:10%2C953&itbs=1&iact=hc&vpx=318&vpy=63&dur=704&hovh=259&hovw=194&tx=93&ty=167&ei=LV7bTNv4II6lccG6qMMG&oei=JF7bTPHvB4LevwO4yOy4CA&esq=3&page=3&ndsp=20&ved=1t:429,r:1,s:36&biw=1280&bih=584