Kamis, 07 Juli 2011

jauh


Bukankah perjalanan seperti ini yang duhulu pernah ditunggu

Seorang teman berkata,

Saat kita pergi bukan untuk menjauh

Tapi agar terlihat siapa yang peduli untuk mendekat

Di tanah ini

Ada hamparan sawah yang menyambut pagi dan matahari

Malamnya adalah kerlip kunang-kunang yang baru kita lihat

Baguslah,

Saat rindu kini terbentang oleh jarak yang lebih jauh

Sementara hening menjadi begitu mahal

Sebab tidak semua orang menyukainya

Biarlah saja

Kita belajar kata-kata dari mulut mulut mungil yang takjub pada berbagai macam benda-benda yang jarang mereka lihat

Tapi kita pun banyak tidak memiliki apa yang mereka punya;

Itukah kejujuran?

Itukah ketulusan?

Itukah senyuman yang datang langsung dari hati pemiliknya?

Tapi di sini pun rumah-rumah Allah ternyata terikut sunyi

Kecuali oleh para pemilik keriput yang memang sudah merasa dekat masanya kembali

Mungkin, sebab itulah kita harus berbagi

Untuk membawa cerah pada setiap sudut

Untuk menyadarkan bahwa bukan kita pemilik hidup

Kita masih terus melangkah

Sesekali meningkahi suara adzan dari menara

Yang terbawa angin melintasi rerimbun daun ubi di halaman

Sementara selalu terpendam tanya

Bagaimanakah ujung perjalanan ini nanti akhirnya?

(Soppeng, Marioriawa-Batubatu. Hari ke-11 KKN, 4 Juni 2011)

gambar:devianart.com