Saya yang selalu kesulitan untuk memulai pembicaraan, kemudian menemukan puisi sebagai kawan yang begitu baik. Yang dapat menjaga rahasia dengan apik.Yang dapat dengan sabar mendengarkan, tidak menyela dengan interupsi, tanpa pernah bertanya ‘Mengapa?’ Nikmatilah! Bukankah hidup ini adalah puisi yang indah?
Senin, 31 Mei 2010
Percikan Hati
Biarlah dinding dan tembok itu yang jadi saksi, kawan.
saat kau ceritakan padaku tentangnya yang merindu bau syurga
yang ingin bersegera tinggalkan dunia
maka kukatakan,
langkahnya adalah sebuah pikiran panjang yang sulit kau patahkan
sebab mungkin ia terlampau khawatir saat hari itu tiba
lalu ditanyakan padanya tentang ilmu,
tentang jasad,
tentang hati yang telah tergerak
tak usah kau tahan ia tiba di sana
sebab takdir adalah saat telah terjadi di depan mata
dan mungkin,
takdirnya adalah bidadari bermata jeli
dan tekdirmu adalah lelaki dengan awan teduh di kedua korneanya
biarlah waktu yang menjawab
dan biarlah dia bersiap di perbatasan
hingga tuntas citanya
hingga terbit senyum terakhirnya,
ucapkan padanya pesan dariku,
"pemuda, berangkatlah.
jika syahid kau temukan
sampaikan salamku pada bidadari syurga"
dan izinkan saja langit sore serta bulir hujan ini yang menyaksikan
saat kau bertanya,
"lalu apa yang harus kujawab?"
maka diamlah sejenak,
sebab akan kubagi caranya untuk memilih,
sebab hartanya,
nasabnya,
parasnya,
lalu imannya
maka lihatlah dengan hati yang hening
hingga kau temukan jawab yang berpendar
ingatkan pada masa depan yang tertutup selubung tanya
tapi tenanglah, sebab akan terjadi yang terbaik untuk semua
kau percaya?
maka, percayalah...
"buat dua orang kawan yang telah percaya buat curhat sama saya... maaf yah, saya terlalu teoritis, tapi semoga bermanfaat, semoga ditunjukkan jalan yang terbaik. ^__^"
gambar: http://middlezonemusings.com/wp-content/uploads/2008/02/love-letters.JPG
Jumat, 28 Mei 2010
Dan Bila Cinta
Dan bila cinta datang mengetuk sebuah hati
Mungkin kadang terlalu riuh kita dengan segala hiruk pikuk diri
Sehingga ketuknya menjadi sebuah suara tertahan
Atau tergantikan dengan semu yang segera berganti kelam
Dan bila cinta adalah sebuah perjalanan
Awalnya kadang tak sempat dinyana
Hingga tiba pada akhirnya
Saat tangan-tangan tua saling menghangatkan pada musim beku
Dan merubuhkan segala teori tentang setia
Sebab ia biarkan waktu yang menjawabnya
Dan bila cinta adalah sebuah senyuman
Tak apalah jika diantaranya ada air mata
Tapi tetap ia bukan sekedar canda
Sebab tertawa terkadang mematikan jiwa
Berhentilah, dan cukup tersenyumlah.
Dan bila cinta adalah abadi
Maka lihatlah bahwa maut akan menghentikan semua ini
Dan menjawab tanya kepada siapa seharusnya kita berpaling
Dan bila itulah cinta
Ya, semoga cinta padaNya saja
KarenaNya saja
(May, 28 2010)
Mungkin kadang terlalu riuh kita dengan segala hiruk pikuk diri
Sehingga ketuknya menjadi sebuah suara tertahan
Atau tergantikan dengan semu yang segera berganti kelam
Dan bila cinta adalah sebuah perjalanan
Awalnya kadang tak sempat dinyana
Hingga tiba pada akhirnya
Saat tangan-tangan tua saling menghangatkan pada musim beku
Dan merubuhkan segala teori tentang setia
Sebab ia biarkan waktu yang menjawabnya
Dan bila cinta adalah sebuah senyuman
Tak apalah jika diantaranya ada air mata
Tapi tetap ia bukan sekedar canda
Sebab tertawa terkadang mematikan jiwa
Berhentilah, dan cukup tersenyumlah.
Dan bila cinta adalah abadi
Maka lihatlah bahwa maut akan menghentikan semua ini
Dan menjawab tanya kepada siapa seharusnya kita berpaling
Dan bila itulah cinta
Ya, semoga cinta padaNya saja
KarenaNya saja
(May, 28 2010)
Jumat, 21 Mei 2010
Di Sini
Sebuah sajak mungkin telah tercipta
Dan mengeutuk-ngetuk ujung jemari untuk menuliskannya
Tapi apa daya jika ternyata terasa begitu cepat masa berganti
Dari mentari pagi yang menguning menyapa embun-embun di dedaun rimbun
Berganti malam yang menutupkan diri dengan kelam dan semburat air hujan sisa gerimis tadi sore
Aku ingin tetap di sini
Tidak beranjak meski telah diterpa musim dingin yang mencekam apa yang pernah terucap oleh lisan dan teryakini oleh kalbu
Aku tak ingin beranjak
Hingga nanti bertemu dengan asa yang membumbung tinggi ke langit
Hingga nanti tiba saatnya berisirahat, saat kau temukan, aku masih di sini.
(May, 21 2010)
gambar:https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQ-n_OwjlVyX_c9dEjB22ZJ44q612IecSZybmlZqczl_pjXtphO78AwHpMRZIRF3x1EupokC3ybTa5_ZiRyEbQb6da4lflgfCAy09-ZrbbKL9wOjD3BQoQWfdXIbBzeuqPxPPygxbN8i0/s400/masjid_tsunami.jpg
Senin, 03 Mei 2010
Lelah
genggaman terlepas dari tangan
saat terseret langkah yang tertatih saat menapak pada matahari sore
kuizinkan saja sajak menuai lelah
tak peduli pada mereka yang tak sampai padanya
atau yang berkerut keningnya
sebab ini memang untuk dimaknai sendiri
bukan untuk menerka perasaan siapa-siapa
maaf, ukhti
aku mungkin hanya lelah pada urusan-urusan panjang di kala siang
juga pada semua tenggat yang menghimpit ubun-ubun hingga lelah terbawa ke malamnya
bukan segalanya sibuk pada apa yang bersinar cahaya
namun kadang tak lebih sebagai apa yang hanya terhenti pada lisan saja
tapi mungkin masih cukup kuat aku untuk bertahan
maka tunggu saja aku di sana hingga aku menyusulmu datang
semoga masih cukup kuat aku untuk bertahan
bertahan untuk kecewa
bertahan untuk sadar bahwa ini memang bukan jalan yang mudah!
(May, 3 ’10)
saat terseret langkah yang tertatih saat menapak pada matahari sore
kuizinkan saja sajak menuai lelah
tak peduli pada mereka yang tak sampai padanya
atau yang berkerut keningnya
sebab ini memang untuk dimaknai sendiri
bukan untuk menerka perasaan siapa-siapa
maaf, ukhti
aku mungkin hanya lelah pada urusan-urusan panjang di kala siang
juga pada semua tenggat yang menghimpit ubun-ubun hingga lelah terbawa ke malamnya
bukan segalanya sibuk pada apa yang bersinar cahaya
namun kadang tak lebih sebagai apa yang hanya terhenti pada lisan saja
tapi mungkin masih cukup kuat aku untuk bertahan
maka tunggu saja aku di sana hingga aku menyusulmu datang
semoga masih cukup kuat aku untuk bertahan
bertahan untuk kecewa
bertahan untuk sadar bahwa ini memang bukan jalan yang mudah!
(May, 3 ’10)
Langganan:
Postingan (Atom)