Saya yang selalu kesulitan untuk memulai pembicaraan, kemudian menemukan puisi sebagai kawan yang begitu baik. Yang dapat menjaga rahasia dengan apik.Yang dapat dengan sabar mendengarkan, tidak menyela dengan interupsi, tanpa pernah bertanya ‘Mengapa?’ Nikmatilah! Bukankah hidup ini adalah puisi yang indah?
Selasa, 15 Februari 2011
Sebab Ia Cinta
Ada masa dimana kita merasakan getaran hati yang amat kuat
Lalu oleh pikiran yang serba cepat kita menamakannya; CINTA
Tapi benarkah?
Benarkah saat seseorang terus terbayang di hati, maka ia disebut cinta
Betulkah bahwa getaran merindu pada sosoknya bersifat sejati adanya?
Apakah kesenangan yang diraih saat ternyata ia juga memendam 'rasa' yang sama adalah bukti timbulnya kasih sayang?
Hmm...
Mungkin ada baiknya jika tidak terburu-buru kita menyimpulkan demikian!
Kawan,
Mungkin ada masa dimana kita merasa berbunga-bunga saat seseorang menyatakan 'cinta' nya (ps; saat menyebutkan kata CINTA sebaiknya orator sambil memberi isyarat jari: 'dalam tanda petik')
Lalu kemudian ia menawarkan untuk sebuah hubungan yang diwarnai dengan merah muda
Saat malam-malam dilalui dengan telepon dengannya hingga larut
Belum lagi dengan segala pesan-pesan romantis agar engkau tersenyum
Diantar jemput pun tidak pernah terlewat
Hingga dunia serasa hanya milik berdua
Dan tak ada lagi tempat yang tersisa untuk makhluk lainnya
Tapi, kawan..
Dapatkah disebut cinta jika ternyata seringkali ia hanya melalaikan?
Lalu bukankah segenap kata hati juga akan dimintai pertanggungjawaban?
terlebih lagi segala laku fisik yang menghadirkan gelisah di jiwa, sebab ia telah khilaf dari fitrahnya yang suci, bebas dari segala nista sebab tak terpehatikannya perintah Allah
Kawan,
Lihatlah dirimu dari ujung kaki hingga rambutmu
Lihatlah berbagai hal di sekitar ragamu
Tidakkah nampak berbagai macam nikmat di sana?
Nikmat mata yang dapat melihat indahnya dunia
Nikmat jantung yang berdetak tanpa kita perintah
Nikmat menikmati wangi bunga-bunga
Lalu melangkah ke berbagai tempat yang teramat indah...
Udara gratis untuk kita hirup
Mentari yang terus berbagi hangat
Dan rintik hujan yang menyejukkan
Air yang terus mengalir dan menuntaskan haus
Hewan-hewan, dan tumbuh-tumbuhan yang ditundukkan untuk memenuhi segala hajat hidup
Fa bi ayyi ala i rabbi kuma tikadzdzibaan...!
Fa bi ayyi ala i rabbi kuma tikadzdzibaan...!
Fa bi ayyi ala i rabbi kuma tikadzdzibaan...!
Nikmat Tuhanmu yang manakah yang akan kau dustakan?
Lalu atas berbagai nikmat itu kawan, tidakkah muncul bukti CINTA yang sebenarnya?
Tidakkah tergambar betapa cintaNya-lah yang hakiki adanya?
Tidakkah seharusnya ia pun terbalas dengan cinta dari kita?
Cinta yang suci,
Menenangkan hati,
Berbuah amal terpuji,
Hanya kepada Ilahi…
Seperti saat Ibrahim rela menyembelih Ismail sebab taatnya pada Allah, sebab ia Cinta
Seperti Sumayyah yang rela syahid sebab mempertahankan keyakinannya, sebab ia Cinta
Seperti Bilal yang tak peduli berbagai siksa, lalu berucap “Ahad!” , sebab ia Cinta
dan Seperti Rasulullah yang terus berjuang hingga hembus akhir nafasnya, sebab ia teguh mengemban risalah; sebab ia Cinta
Bahkan, saat cinta pada Allah tak dapat kita beri sempurna, Allah tetap karuniakan berbagai nikmat yang dengannya tak mampu kita berdusta; sebab Allah Cinta!
Kawan,
Hati-hati tertipu dengan nafsu merek CINTA
Sebab bungkusannya memang indah namun akan terasa pahit sebenarnya
Jika pahitnya tak terasa di dunia, maka kelak kita tak akan terluput dari pahitnya perhitungan di yaumil hisab
Maka, masih adakah alasan untuk berpaling dari cintaNya?
Maka kawanku, kembalilah kepada cinta hakiki
Cinta pada Allah
Cinta karena Allah
Itu saja.
(Februari, 9 '11)
---------------------------------------------------------------------
*dibacakan dalam Seminar Muslimah 'Harmoni Cinta', 13 Februari 2011 di SMF Yamasi
sumber gambar
kepada pemimpin
kepada pemimpin
yang berjaga-jaga di pagi dan petang hari
khawatir pada perut-perut lapar
dan alis yang berkerut karena ketidakpuasan
lalu bergerak dan berbuat
sebab ia selalu teringat
pada hari tanpa amalan
pada hari dengan perhitungan
kepada pemimpin
yang menjadi penerus para nabi
membawa cahaya pada hati-hati yang terbuka
lalu tergugu dalam diam
sebab ia tahu
masih banyak hamba lain yang lebih khusyuk sujudnya
yang lebih rapi tutur katanya
bahkan lebih dalam ilmunya
tapi justru ia yang dipilihNya
maka entah ini rahmat atau musibah
ia hanya ingin berbaik sangka saja
kepada pemimpin
yang memilih seorang pendamping untuk dibersamai
untuk saling mengisi dan saling berbagi
bersama tersenyum saat bunga mekar
lalu saling menyeka air mata saat kelam datang
tak perlu banyak kata tentang kesetiaan
biarlah hati dan tunduknya padangan yang menjadi jawabnya
(Februari, 16 '11)
sumber gambarSelasa, 01 Februari 2011
Malam Ini, Sebuah Doa
Malam ini,
sebelum tertutup kedua mata,
aku ingin berdoa;
Wahai Allah yang menjaga tidurku hingga kembali dari lelap
Selamatkanlah diri dan keluargaku
Ayah dan ibuku
Muliakanlah hidupnya
Indahkan akhiratnya
Jauhkan dari segala bala
Hiaskan dengan kesabaran dan rasa syukur
Lalu, kumpulkanlah kami pada tempat terbaikMu
Wahai Allah yang memberi nafas tanpa kupinta
Lindungilah guru-guruku
Berikan kehidupan yang damai dan hati yang bercahaya
Mudahkanlah,
Mudahkanlah setiap perkara yang mereka usahakan
Wahai Allah yang mengalirkan darah pada pembuluhku
Berkahilah kakak dan adikku
Tunjukkan yang hak, perjelas yang bathil
Tuntunlah jalan kami menuju ridhoMu
Wahai Allah yang menakdirkan segala
Berikanlah ketenangan pada segenap saudaraku, kawan-kawanku, dan segenap kaum muslimin,
Yang masih hidup maupun yang telah berpulang
Ampunkan dosa-dosa kami
Terima setiap ucap taubat kami
Wahai Allah yang menentukan semua
Jika pun harus kami berpisah
Maka jika tak lagi jumpa di dunia
Istiqamahkanlah,
Agar di jannahmu kembali kami bersama
Wahai Allah yang maha pengampun
Ampunilah setiap khilaf
Berikan berkah kepada mereka yang pernah terlukai hatinya
Balaskan keindahan pada setiap maaf yang ia berikan
Berikanlah kelembutan bagi yang masih memendam dendam
Lapangkan hatinya
Lapangkan hatinya
Wahai Allah yang mengetahui isi hati
Jika pun langkahku tidak akan luas
Ijinkan salah satu tapaknya
Adalah di kota kelahiran RasulMu
Dan kota tempatnya memulai peradaban
Pantaskanlah,
Pantaskanlah diri ini menujunya
Amien.
(Makassar,1 Februari 2011)
*doa penuh harap, penuh hikmat. Kabulkan, ya Rabb... T_T