kepada kakak di pulau seberang
kita tahu tentang kata yang teramat jarang
namun, entahlah
sebab kali ini aku telah tak lagi tahu kepada siapa harus menyampaikan pesan
mungkin, sudah dekat saatnya harus kutuliskan wasiat?
kakak,
di sini musim begitu cepat berubah
kemarin, matahari masih mengantarkan cerah, lembut sekali
tetapi seketika hari ini hujan saling berkejaran seperti anjing dan kucing
turun seperti jempol-jempol
jatuh di permukaan bumi, dan meresap ke perut bumi
kau tahu,
saat terkadang aku merasa begitu tidak berarti
mungkin salah jika selama ini terus kutelusuri tentang hidup yang selurusnya
hingga kudapati hidupku, hidup kita yang memang sangat terasa terlalu berliku
sejak kecil
waktu tangis adalah sendiri sebelum tidur
waktu takdir menyuruhku mengusap air mata sendiri,
menegar-negarkan diri sendiri
membelai rambutku sendiri
hingga tangis henti dan tertidur
lalu menyembunyikan mata dengan senyum palsu
demikian berhari-hari tanpa ada yang tahu
kakak,
sejak dahulu
aku telah mengerti
hanya di atas sajadah itu
dan di atas berlembar kertas dan pena yang selalu menemani
hanya di sana dapat tumpah segala
tanpa harus khawatir seseorang mendesak dalam tanya
"kenapa?
bukankah harimu nampak cerah?"
ah, mereka hanya tidak tahu saja!
kakak,
aku menangis lagi.
(April, 27 '11)
gambar:devianart.com