Kepadamu, lelaki yang lembut hati
Untuk setiap detik yang kita lewati
Pada senyuman dan segala kebaikan yang
telah kau jejakkan di bumi
Izinkan diri ini mengenangnya dalam rindu
Dalam segala keinginan untuk menatap
kembali wajah teduhmu
Ada lantunan suaramu yang mengalun dalam
benakku
Panggilan shalat yang kau seru dari
rumahNya
Juga tentang subuhmu yang sibuk
Dan sosokmu yang terus teringat oleh
orang-orang di sekitarmu
Apakah itu caramu mengajarkanku tentang
ketulusan?
Tentang rerimbun kebun yang kau garap
bukan untuk dirimu, tapi untuk sesiapa di sekitarmu
Atau tentang segala keindahan perangai
yang kau punya
Juga semua janji yang selalu kau tunaikan
tanpa cela
Bagaimana bisa itu semua kami lupa?
Tak peduli pada setiap rentang waktu,
Musim,
Atau keadaan apapun,
; Kau selalu ada
Tak peduli pada setiap jarak
Air mata,
Atau perasaan apapun,
; kau akan selalu membingkainya dalam sepenuh
perhatian
Sepenuh kasih
Sepenuh cinta
Larut sudah semua cerita tentangmu
Yang menguraikan setiap bulir-bulir bening
di mata kami
Juga di hati kami
Meski ragamu sudah tak ada lagi di sini
Duhai lelaki yang bening jiwanya,
Meski perpisahan itu tela tunai
Namun Kau tetap akan ada dalam semua
teladan nan gagah
Lalu tahukah kau apa yang diajarkan setelah
rindu?
Bukan cuma tentang mengenang sosokmu, atau
keiginan untuk sejenak bertemu
Tapi untaian doa-doa
Segala pinta pada sang pemilik kehidupan
Doa dengan namamu di dalamnya
Doa untuk dan hanya untukmu,
Ayahku.
Makassar, 23 April 2014
Dituliskan untuk membantu menyusun kerinduan seorang ukhti
kepada ayahnya yang telah meninggal beberapa waktu yang lalu