ketiga pasang kita
berhutang pada kata-kata
juga udara
dan langit yang mengantarkan pesan mereka
satu.
mereka dipertemukan oleh masa lalu
dan dipersamakan oleh ruang-ruang hening
yang riuh
seriuh perasaan yang tersampaikan lamat-lamat
dan hati yang menangkapnya cepat-cepat
tapi tak ada lengkung pelangi di sana
serupa aliran sungai yang mengalir begitu saja
tak pula tahu dimana letak muara
tapi ah,
bukankah waktu dapat berbuat apa saja?
dua.
mereka berjumpa pada suatu fragmen
pada dua purnama yang ditatap bersama-sama
dan sederet cerita yang tertuliskan
dengan senyuman pada setiap sudutnya
lalu sebenarnya hembusan angin telah menjalankan tugasnya
dengan baik sekali
menyampaikan tiap rangkaian huruf yang jelas makna
meski, tanpa nama
tanpa alamat tujuan
dan mereka saling membacanya
sayang,
masih dengan tanda tanya
hey, apakah aku tidak lupa sampaikan pada kalian,
bagaimana cahaya selalu berhasil menjadi penunjuk jalan?
tiga.
mereka mungkin terlalu sering bertukar sapa
tanpa pernah saling menatap pada bola mata
hingga kata-kata kehilangan rasanya
dan mereka, terlampau berani bersembunyi
pada tiap sudut huruf
dan kelam malam yang pendiam
saling menerka-nerka dengan ejaan yang tak tuntas
saling berjanji untuk berjumpa
pada sebuah pertemuan yang dinantikan
lihatlah,
bahkan langit pun turut penasaran bersama kalian.
ketiga pasang kita
masih saja menyimpan rasa
maka pada tiap detak detik masa
kita menunggu kelanjutan kisahnya.
Makassar, 20 Juni 2013
Saya yang selalu kesulitan untuk memulai pembicaraan, kemudian menemukan puisi sebagai kawan yang begitu baik. Yang dapat menjaga rahasia dengan apik.Yang dapat dengan sabar mendengarkan, tidak menyela dengan interupsi, tanpa pernah bertanya ‘Mengapa?’ Nikmatilah! Bukankah hidup ini adalah puisi yang indah?
Kamis, 20 Juni 2013
Sabtu, 01 Juni 2013
kadang kita tidak butuh kata
kadang kita memang tidak butuh kata
cukup hening saja
serupa ibunda yang menjaga hingga terlelap
tanpa harus memaksa hadir dalam mimpi kita
kadang bahkan senyuman pun telah cukup
saat kita memintal keyakinan
pada pertemuan yang mungkin
atau yang tidak mungkin
kadang hujan menghadirkan pelangi
yang kita pilih biru-nya
untuk dimasukkan ke dalam saku
dan membasuh air mata yang jatuh
tapi kadang warna-warni itu tidak hadir
tak mengapa, sebab rerintik telah buat kita melangitkan doa
kadang kata hanya menyamarkan kita
yang jadi sibuk menebak makna
lalu tidak merasa cukup dengan menikmatinya saja
maka kadang, kita tidak butuh lagi kata
saat hidup ini telah menjelma puisi
yang tak pernah akan habis
untuk kita eja.
Makassar, 1 Juni 2013
Menandai 22 Rajab 1434 H
Saat kata 'ukhuwah' menjadi cukup di dalam dada - untuk kita wujudkan, dan kita kenang
Selamat berjuang, IPMI!
cukup hening saja
serupa ibunda yang menjaga hingga terlelap
tanpa harus memaksa hadir dalam mimpi kita
kadang bahkan senyuman pun telah cukup
saat kita memintal keyakinan
pada pertemuan yang mungkin
atau yang tidak mungkin
kadang hujan menghadirkan pelangi
yang kita pilih biru-nya
untuk dimasukkan ke dalam saku
dan membasuh air mata yang jatuh
tapi kadang warna-warni itu tidak hadir
tak mengapa, sebab rerintik telah buat kita melangitkan doa
kadang kata hanya menyamarkan kita
yang jadi sibuk menebak makna
lalu tidak merasa cukup dengan menikmatinya saja
maka kadang, kita tidak butuh lagi kata
saat hidup ini telah menjelma puisi
yang tak pernah akan habis
untuk kita eja.
Makassar, 1 Juni 2013
Menandai 22 Rajab 1434 H
Saat kata 'ukhuwah' menjadi cukup di dalam dada - untuk kita wujudkan, dan kita kenang
Selamat berjuang, IPMI!
Langganan:
Postingan (Atom)